Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Kompas.com - 22/01/2021, 09:58 WIB
Gloria Setyvani Putri

Penulis

KOMPAS.com - Program vaksinasi sudah mulai diberikan kepada Presiden, pejabat pemerintahan, tenaga medis, hingga selebriti.

Namun hingga saat ini, banyak masyarakat yang masih bingung apakah vaksin Covid-19 aman atau tidak.

Dokter Tolhan Banjarnahor, Sp.PD-FINASIM, Dokter Spesialis Penyakit Dalam di Primaya Hospital Tangerang menjelaskan, vaksin CoronaVac buatan SINOVAC yang dipilih Indonesia mengandung bagian dari virus SARS-CoV-2 atau mengandung virus SARS-CoV-2 yang sudah mati.

Vaksin Covid-19 tersebut akan merangsang sistem imun tubuh untuk membentuk antibodi terhadap bagian virus SARS-CoV-2 yang ada di dalam vaksin.

Baca juga: 9 Syarat Penerima Vaksin dalam Program Vaksinasi Covid-19

"Antibodi yang terbentuk ini akan melindungi kita apabila virus SARS-CoV-2 masuk ke dalam tubuh," kata Tolhas dalam keterangan resmi yang diterima Kompas.com, Jumat (22/1/2021).

"Dengan vaksinasi, seseorang dapat terhindar dari infeksi virus SARS-CoV-2 atau paling tidak hanya gejala ringan saja yang akan dialami oleh seseorang jika terpapar virus corona," imbuh dia.

Perlu diingat, seseorang yang sudah divaksin masih berpeluang terinfeksi Covid-19.

Ini seperti yang terjadi pada Bupati Sleman Sri Purnomo yang terkonfirmasi positif Covid-19. Sri Purnomo merupakan salah satu tokoh yang disuntik vaksin saat launching program vaksinasi seminggu lalu.

Tolhas menggarisbawahi, pada dasarnya tidak ada vaksin yang mempunyai efikasi 100 persen.

"Persentase seseorang terpapar Covid-19 setelah dilakukan vaksin Covid-19 akan tergantung dari jenis vaksin yang digunakan," jelasnya.

Misalnya, vaksin Sinovac di Indonesia mempunyai efikasi 65,3 persen pada kelompok umur 18 sd 59 tahun.

"Artinya, masih ada kemungkinan 34,7 persem seseorang terkena infeksi Covid-19 meskipun telah dilakukan vaksin,” ujar Tolhas.

Tentunya, vaksin Covid-19 jenis lain memiliki efikasi yang berbeda.

Sebagai contoh vaksin Moderna yang memiliki efikasi 94,5 persen dan vaksin Pfizer memiliki efikasi 95 persen.

 

Petugas kesehatan menerima suntikan vaksin corona buatan Sinovac di RSIA Tambak, Jakarta Pusat, Jumat (15/1/2021). Vaksin Sinovac telah mendapatkan izin penggunaan darurat atau emergency use authorization (EUA) dari Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM). Dengan izin penggunaan darurat ini, vaksin CoronaVac produksi Sinovac Life Science Co.Ltd.China dan PT Bio Farma (Persero) dapat digunakan untuk program vaksinasi di Indonesia.KOMPAS.com/GARRY LOTULUNG Petugas kesehatan menerima suntikan vaksin corona buatan Sinovac di RSIA Tambak, Jakarta Pusat, Jumat (15/1/2021). Vaksin Sinovac telah mendapatkan izin penggunaan darurat atau emergency use authorization (EUA) dari Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM). Dengan izin penggunaan darurat ini, vaksin CoronaVac produksi Sinovac Life Science Co.Ltd.China dan PT Bio Farma (Persero) dapat digunakan untuk program vaksinasi di Indonesia.

Efek samping

Reaksi tubuh seseorang setelah dilakukan vaksinasi bisa bermacam-macam, mulai dari reaksi ringan seperti nyeri di tempat penyuntikan, kemerahan, bengkak, nyeri otot, lemah, nyeri kepala, menggigil, demam, hingga reaksi yang berat seperti reaksi alergi berat.

Menurut Tolhas, walaupun vaksin Covid-19 produksi Pfizer dan Moderna memiliki efikasi lebih tinggi dibanding Sinovac, namun efek samping yang dihasilkan Pfizer dan Moderna cukup berat yaitu hingga penyakit level 3 (hingga membutuhkan perawatan).

Persentase efek samping yang dihasilkan Pfizer sebanyak 1,5 persen dan efek samping yang dihasilkan Moderna sebesar 4,1 persen.

Sementara, vaksin Sinovac sendiri hanya memiliki efek samping 0,1 persen atau setara dengan efek simpang vaksin flu.

"Risiko yang ditimbulkan oleh vaksin Covid-19 sangat kecil dibandingkan manfaatnya karena dapat menimbulkan herd immunity (kekebalan kelompok)," ujar Tolhas.

Seperti yang telah disebutkan sebelumnya, efikasi vaksin Sinovac adalah sebesar 65,3 persen artinya dari 100 orang yang dilakukan vaksin ada 34,7 persen yang masih bisa terkena Covid-19.

Baca juga: 3 Pertanyaan Penting Terkait Vaksin Covid-19, Ini Penjelasan Ahli

"Kita tidak tahu masuk yang 65 persen atau 35 persen. Tetapi jauh lebih baik jika kita tetap divaksin dibandingkan tidak divaksin karena bila tidak divaksin kemungkinan seseorang terkena Covid-19 akan menjadi 100 persen,” jelasnya.

Walaupun sudah divaksin, kita harus tetap melakukan pola hidup sehat seperti makan-makanan dengan gizi seimbang, melakukan olah raga dengan rutin dan teratur, istirahat dengan cukup, serta mengkonsumsi vitamin dan mineral.

"Karena vaksin tidak bisa mencegah 100 persen infeksi Covid-19, maka kita harus tetap menerapkan protokol kesehatan 3 M (mencuci tangan, memakai masker, dan menjaga jarak)," tutupnya.

Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Kompas.com. Mari bergabung di Grup Telegram "Kompas.com News Update", caranya klik link https://t.me/kompascomupdate, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.

Video rekomendasi
Video lainnya


Rekomendasi untuk anda
28th

Tulis komentarmu dengan tagar #JernihBerkomentar dan menangkan e-voucher untuk 90 pemenang!

Syarat & Ketentuan
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE
Laporkan Komentar
Terima kasih. Kami sudah menerima laporan Anda. Kami akan menghapus komentar yang bertentangan dengan Panduan Komunitas dan UU ITE.

Terkini Lainnya

Apa yang Membuat Madu Tidak Bisa Membusuk?

Apa yang Membuat Madu Tidak Bisa Membusuk?

Oh Begitu
Mengapa Lidah Jerapah Berwarna Biru?

Mengapa Lidah Jerapah Berwarna Biru?

Oh Begitu
Fakta-fakta Stasiun Luar Angkasa Internasional, 'Rumah' Para Astronaut

Fakta-fakta Stasiun Luar Angkasa Internasional, "Rumah" Para Astronaut

Oh Begitu
10 Makanan Tinggi Vitamin A yang Baik untuk Mata

10 Makanan Tinggi Vitamin A yang Baik untuk Mata

Oh Begitu
Mengapa Buah dan Sayur Berwarna Ungu Sangat Sehat?

Mengapa Buah dan Sayur Berwarna Ungu Sangat Sehat?

Oh Begitu
Berapa Lama Bintang Hidup?

Berapa Lama Bintang Hidup?

Oh Begitu
Manfaat Bit untuk Kesehatan yang Sayang Dilewatkan

Manfaat Bit untuk Kesehatan yang Sayang Dilewatkan

Kita
Virus Baru Ditemukan di Tempat Terdalam di Dunia

Virus Baru Ditemukan di Tempat Terdalam di Dunia

Oh Begitu
Bagaimana Cara Membuat Margarin Bebas Lemak Trans?

Bagaimana Cara Membuat Margarin Bebas Lemak Trans?

Oh Begitu
Bagaimana Warna-warni Muncul di Sayap Kupu-Kupu?

Bagaimana Warna-warni Muncul di Sayap Kupu-Kupu?

Oh Begitu
Usia Berapa Seseorang Merasa Paling Bahagia ?

Usia Berapa Seseorang Merasa Paling Bahagia ?

Kita
Apa Manfaat Pandan untuk Kesehatan?

Apa Manfaat Pandan untuk Kesehatan?

Oh Begitu
Berapa Usia Bintang Tertua di Alam Semesta?

Berapa Usia Bintang Tertua di Alam Semesta?

Oh Begitu
7 Tips Meningkatkan Kekebalan Tubuh Agar Tidak Mudah Sakit

7 Tips Meningkatkan Kekebalan Tubuh Agar Tidak Mudah Sakit

Oh Begitu
Apa Perbedaan Sinar UVA, UVB, dan UVC?

Apa Perbedaan Sinar UVA, UVB, dan UVC?

Oh Begitu
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Verifikasi akun KG Media ID
Verifikasi akun KG Media ID

Periksa kembali dan lengkapi data dirimu.

Data dirimu akan digunakan untuk verifikasi akun ketika kamu membutuhkan bantuan atau ketika ditemukan aktivitas tidak biasa pada akunmu.

Lengkapi Profil
Lengkapi Profil

Segera lengkapi data dirimu untuk ikutan program #JernihBerkomentar.

Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com