Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Ini Beda Waterspout Waduk Gajah Mungkur dan Angin Puting Beliung

Kompas.com - 21/01/2021, 17:28 WIB
Ellyvon Pranita,
Holy Kartika Nurwigati Sumartiningtyas

Tim Redaksi

Maka, kata Marufin, dari mekanisme awal yang sama dengan angin puting beliung di atas, di mana pada dasarnya fenomena tersebut memiliki pusat dengan bertekanan udara lebih rendah ketimbang bagian di sekelilingnya, sehingga udara pun berhembus kencang dari bagian luar ke arah pusat.

Kedudukannya di belahan Bumi selatan menjadikan hembusan kencang itu berpusar searah jarum jam, mematuhi gaya Coriolis seiring rotasi Bumi. 

Manakala dasar pusaran menyentuh permukaan waduk, air pun terangkat laksana memasuki sedotan raksasa yang transparan. 

"Air tersebut tersedot karena tekanan pada pusat pusaran lebih kecil ketimbang tekanan di permukaan air," jelas Marufin.

Baca juga: Waterspout Waduk Gajah Mungkur, Kenali Tanda dan Waktu Datangnya Puting Beliung

 

Adapun fase kehidupan waterspout adalah sebagai berikut:

  1. Fase pembentukan awal, pada tahap ini terdapat dukungan temperatur, kelembapan dan pergeseran angin yang menjadi syarat bagi pembentukannya
  2. Fase awan cerah terbentuk di atas permukaan air.
  3. Awan cerah tersebut dikelilingi oleh awan di sekitarnya yang berwarna abu gelap.
  4. Pembentukan corong berwarna terang yang memanjang dan berbentuk spiral.
  5. Corong spiral memanjang mulai tampak oleh pengamatan visual dan di bagian permukaan air terbentuk percikan air ke segala arah.

Pada saat tahapan kelima itu, peluruhan waterspout terjadi ketika terdapat udara lembap atau uap air yang masuk ke dalam corong badainya.

Erma menjelaskan bahwa waterspout secara visual dapat dikenali dari bentuknya yang seperti suatu belalai atau corong pipa panjang dan terlihat turun dari suatu awan jenis cumulus congestus atau awan cumulonimbus.

Baca juga: Waspada Angin Puting Beliung, Ini Tanda hingga Antisipasinya

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com