Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Psikolog Khawatir Perilaku Raffi Ahmad Memengaruhi Program Vaksin, Ini Alasannya

Kompas.com - 14/01/2021, 16:00 WIB
Gloria Setyvani Putri

Penulis

KOMPAS.com - Usai divaksin, Raffi Ahmad justru kumpul-kumpul dengan temannya dan tampak tidak mematuhi protokol kesehatan.

Hal ini tentu saja memicu respons warganet, termasuk Sherina Munaf.

"Halo Raffi Ahmad, setelah divaksin bukan berarti keluyuran rame2 dong. Anda dipilih jatah awal2 vaksin karena followers banyak. Dengan alasan yang sama, tolong berikutnya konsisten beri contoh yang baik. Please you can do better than this. Your followers are counting on you," tulis Sherina dalam akun Twitternya @sherinasinna.

Tangkapan layar twit Sherina Munaf soal Raffi Ahmad usai vaksin.Tangkapan layar Twitter/sherinasinna Tangkapan layar twit Sherina Munaf soal Raffi Ahmad usai vaksin.
Berkaitan dengan tindakannya, Raffi Ahmad telah meminta maaf kepada publik sekaligus melakukan klarifikasi atas kejadian semalam melalui video yang tayang di akun Instagramnya, @raffinagita1717.

Baca juga: Usai Vaksin Raffi Ahmad Kumpul Tanpa Masker, Ahli: Itu Namanya Selfish

Namun, perilaku Raffi Ahmad sebagai salah satu orang yang mendapat vaksin pertama kali rupanya menimbulkan kekhawatiran bagi psikolog sosial.

"Raffi Ahmad sehari-hari di (depan) publik, dia terlihat tidak pakai masker cuma pakai face shield doang," kata Rizqy Amelia Zein, psikolog sosial yang mengajar di Fakultas Psikologi Universitas Airlangga (Unair) Surabaya.

"Kan ruwet kalau sudah divaksin, dilihat orang banyak (dengan perilaku seperti itu), terus ada kabar dia kena Covid-19. Itu yang bahaya," imbuh perempuan yang akrab disapa Amel itu dihubungi Kompas.com, Rabu (13/1/2021).

Amel menjelaskan, hal ini bisa menjadi bumerang dan berbahaya karena masyarakat dapat menilai bahwa percuma divaksin jika tetap masih bisa terinfeksi Covid-19.

Padahal, vaksin bukanlah obat. Bukan senjata utama yang membuat tubuh kebal terhadap suatu penyakit.

Hal ini pun bukan hanya berlaku pada Covid-19 saja, tapi semua jenis penyakit.

"Vaksin itu bukan obat atau (alat) bisa mencegah penyakit. Vaksin itu mengurangi seseorang terkena penyakit bergejala," jelas Amel.

"Jadi (orang yang divaksin) masih bisa kena penyakitnya, tapi dia tidak bergejala parah. Jadi akhirnya kayak flu biasa," imbuh dia.

Amel melihat, hal-hal seperti inilah yang dapat membuat bingung di masyarakat. Terutama seperti Raffi Ahmad yang merupakan tokoh publik dan memiliki jutaan pengikut di akun sosial medianya.

Dia mengingatkan, manfaat dari vaksin pun tidak dapat langsung terlihat dan membutuhkan banyak orang untuk divaksin.

"Kalau hanya satu atau dua persen populasi (negara) yang divaksin, tidak akan ada gunanya," ujarnya.

Baca juga: Jokowi Divaksin, Ahli Ingatkan Tetap Memakai Masker dan Jaga Jarak

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com