Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Varian Baru Corona di Inggris dan Afrika Selatan, Ini yang Harus Diketahui

Kompas.com - 09/01/2021, 18:06 WIB
Shierine Wangsa Wibawa

Penulis

Sumber AFP

KOMPAS.com - Belakangan ini, dunia digemparkan dengan munculnya dua varian baru virus corona SARS-CoV-2 di Inggris dan Afrika Selatan.

Pasalnya, kedua varian ini disebut berpotensi jauh lebih menular dibanding strain sebelumnya.

Berikut adalah beberapa hal yang harus Anda ketahui mengenai varian baru virus corona di Inggris dan Afrika Selatan, seperti dilansir dari AFP, Sabtu (9/1/2021):

1. Munculnya dua varian baru

Untuk diketahui, semua jenis virus bermutasi untuk beradaptasi dengan lingkungannya. Hal ini tak terkecuali SARS-CoV-2, virus penyebab Covid-19. Sejak pertama kali ditemukan pada akhir 2019, para peneliti telah mendapati berbagai mutasi pada virus ini.

Namun, satu mutasi yang disebut B117 menarik perhatian para peneliti. Varian ini diduga muncul di tenggara Inggris pada bulan September 2020 dan kini telah terdeteksi di berbagai negara, termasuk Amerika Serikat, Perancis dan India.

Baca juga: Varian Baru Virus Corona Inggris, WHO Sebut Ini adalah Titik Kritis

Sementara itu, varian lain yang disebut 501.V2 juga terdeteksi di Afrika Selatan pada bulan Oktober dan menyebar juga hingga ke Inggris dan Perancis.

Kedua varian ini mengalami banyak mutasi, termasuk mutasi N501Y pada spike protein-nya yang membuatnya virus ini lebih mudah masuk ke reseptor ACE2 manusia.

2. Berpotensi menjadi lebih menular

Berkat mutasi di atas, kedua varian baru ini disebut berpotensi menjadi lebih menular dari strain-strain sebelumnya.

Menurut komite pakar NERVTAG yang merupakan penasihat pemerintah Inggris, mutasi ini diduga 50-70 persen lebih menular.

Kemudian ada tim London School of Hygiene and Tropical Medicine (LSHTM) yang juga menyebut bahwa varian baru lebih menular 50-74 persen.

Pada minggu lalu, tim peneliti di Imperial College London juga merilis hasil studi mereka terhadap ribuan urutan genetik dari SARS-CoV-2 yang ditemukan di Inggris pada Oktober hingga Desember.

Hasilnya, varian baru ini memiliki nilai reproduksi 0,4-0,7 lebih tinggi dari virus yang belum bermutasi.

Kesimpulan serupa juga didapatkan dalam berbagai studi awal terhadap varian Afrika Selatan.

Baca juga: Varian Baru Virus Corona Afrika Selatan Dikhawatirkan Ancam Vaksin

3. Bisa menimbulkan masalah besar

Untungnya, belum ada bukti yang menunjukkan bahwa varian baru lebih kuat atau lebih mematikan dari strain-strain lama. Meski demikian, bila benar varian ini lebih menular, maka jelas akan muncul masalah besar.

Bruno Coignard, kepala penyakit menular di otoritas kesehatan Perancis, berkata bahwa naiknya tingkat penularan akan menyebabkan angka kasus yang jauh lebih tinggi.

Dengan demikian, meski tingkat kematiannya sama, tingkat penularan yang lebih tinggi akan menimbulkan tekanan yang signifikan terhadap sistem kesehatan.

Pakar epidemiologi LSHTM, Adam Kucharski, juga sependapat.

Dia menjelaskan bahwa dengan nilai reproduksi 1,1 di mana pasien rata-rata menularkan penyakitnya ke 1,1 orang lainnya dan nilai angka kematian 0,8 persen saja, penyakit seperti Covid-19 bisa menyebabkan 129 kematian dalam waktu sebulan.

Lantas, jika nilai kematiannya dinaikkan 50 persen, maka jumlah kematian dalam sebulan akan naik ke 193.

Angka ini sudah terlihat besar, namun bila yang naik 50 persen adalah angka reproduksinya, pertumbuhan jumlah kasus yang luar biasa akan membuat jumlah kematian melejit hingga 978 dalam sebulan.

Baca juga: Varian Baru Virus Corona Belum Terdeteksi di Indonesia, Ini Kata Ahli

4. Mengenai efektifitas vaksin

Pada saat ini, berbagai negara di dunia, termasuk Indonesia, telah mempersiapkan vaksinasi Covid-19 massal.

Munculnya varian baru ini menimbulkan pertanyaan apakah vaksin yang ada tetap efektif melindungi. Pasalnya, vaksin-vaksin yang dikembangkan, misalnya oleh Pfizer dan Moderna, menarget protein spike yang kini telah bermutasi dalam varian baru.

Sayangnya, hingga saat ini masih belum diketahui secara pasti apakah mutasi baru ini berdampak pada efektifitas vaksin. Para pakar pun memiliki pendapat yang berbeda-beda.

Francois Balloux, profesor Computational Systems Biology Dan Direktur di University College London's Genetics Institute, misalnya.

Pada hari Senin kemarin (4/1/2021), dia berkata bahwa mutasi pada spike protein membuat varian Afrika Selatan bisa melewati perlindungan yang didapatkan oleh tubuh dari infeksi sebelumnya atau pun vaksinasi.

Sementara itu, pengembang vaksin BioNTech berkata bahwa vaksin mereka tampaknya tetap efektif menetralisir varian virus corona yang memiliki mutasi serupa dengan varian Inggris.

Baca juga: Varian Baru Virus Corona Inggris Dilaporkan Terdeteksi di Negara Ini

5. Yang dapat dilakukan

Coignard berkata bahwa hal terbaik yang bisa dilakukan saat ini adalah memperlambat penyebaran varian baru sebisa mungkin.

Pusat Pengendalian Penyakit Eropa menyarankan kepada negara-negara yang belum terdampak oleh mutasi baru untuk melakukan "upaya-upaya memperlambat penyebaran yang mirip dengan upaya-upaya pada masa awal pandemi".

Upaya-upaya ini, seperti menguji dan mengarantina pendatang, melakukan tracing dan membatasi pergerakan.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Sumber AFP
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com