Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Ilmuwan Peringatkan Dampak Cuaca dari Pemanasan Stratosfer Kutub Utara

Kompas.com - 07/01/2021, 09:02 WIB
Holy Kartika Nurwigati Sumartiningtyas

Penulis


KOMPAS.com- Para ilmuwan mengawasi dengan cemas pola cuaca tahunan yang terjadi sekitar Kutub Utara. Hal itu menyusul adanya perubahan arus udara di stratosfer Bumi.

Setiap musim dingin di Belahan Bumi Utara, angin dingin akan menyelimuti Kutub Utara.

Kondisi tersebut adalah pola cuaca tahunan di wilayah tersebut dan para ahli meteorologi dengan cemas mengawasi setiap perubahan signifikan yang terjadi.

Sebab, perubahan tersebut menunjukkan bahwa Eropa berada dalam kondisi cuaca dingin yang serius dan saat ini, angin dingin itu sedang terbelah dua.

Dikutip dari Science Alert, Rabu (6/1/2021), para peneliti di University of Bristol, Exeter, dan Bath, Inggris telah menemukan cara baru untuk memprediksi efek knock-on dari berbagai perubahan utama pada arus udara ini di ketinggian pada lapisan stratosfer, sekitar 10-50 km di atas.

Baca juga: Pecahkan Rekor, Suhu Siberia Terpanas Sepanjang Sejarah Kutub Utara

 

Ironisnya, penyebab hawa dingin di Kutub Utara ini ternyata berasal dari semburan panas yang tiba-tiba merembes ke dalam arus yang berputar-putar hanya dalam waktu 24 hingga 48 jam.

Suhu yang melonjak hingga 40 derajat Celcius, membuat pusaran tersebut mengalami beberapa perubahan yang sangat cepat.

Dari mengubah arah atau secara dramatis pecah menjadi pusaran anak yang mendorong udara di atmosfer sekitarnya.

Beberapa tahun lalu, peristiwa pemanasan stratosfer yang mendadak atau sudden stratospheric warming (SSW) telah mendorong udara dingin kutub dari Siberia ke Eropa.

Baca juga: Lubang Ozon di Kutub Utara Akhirnya Tertutup, Tak Berhubungan dengan Lockdown

 

Kemudian proses ini menghasilkan badai salju bertekanan tinggi yang selanjutnya dijuluki dengan The Beast from the East.

Berpusat di Skandinavia, gejolak cuaca dingin yang ekstrem ini telah menciptakan lapisan beku di barat sejauh Inggris, yang berkontribusi pada kekacauan transportasi, bahkan menyebabkan sejumlah kematian.

Kendati demikian, konon tidak semua pergeseran pusaran kutub ini berakhir dalam kondisi beku.

Sebab, dua tahun lalu, pemanasan stratosfer diawali dengan angin kutub utara di salah satu hari pada musim dingin terhangat dalam sejarah Inggris Raya.

Baca juga: Kutub Utara Mencair, Muncul 5 Pulau Baru yang Sebelumnya Tiada

 

 

Ilustrasi perubahan iklim berdampak pada suhu di Kutub Utara yang kian menghangat. Ilmuwan menemukan dampaknya terhadap satwa liar di Arktik, salah satunya pada kawanan karibu (caribou), spesies rusa kutub di salah satu benua terdingin di Bumi.SHUTTERSTOCK/Dmitry Chulov Ilustrasi perubahan iklim berdampak pada suhu di Kutub Utara yang kian menghangat. Ilmuwan menemukan dampaknya terhadap satwa liar di Arktik, salah satunya pada kawanan karibu (caribou), spesies rusa kutub di salah satu benua terdingin di Bumi.

Anehnya, fenomena pemanasan stratosfer itu tidak sendiri dan bukan peristiwa yang langka. Menurut catatan iklim, rata-rata terdapat setengah lusin peristiwa yang sama terjadi di pusaran kutub Arktik pada setiap dekade.

"Meskipun peristiwa cuaca dingin yang ekstrim belum bisa dipastikan, sekitar dua pertiga dari SSW memiliki dampak signifikan pada cuaca permukaan," kata Richard Hall, ahli meteorologi University of Brsitol dan penulis utama studi yang telah diterbitkan di jurnal JGR Atmospheric.

Pengamatan selama lebih dari enam dekade ini telah memberi para peneliti 40 contoh guncangan dan perpecahan di pusaran kutub stratosfer utara.

Data tersebut telah menginformasikan algoritma pelacakan yang mencoba memprediksi dampak dari setiap jenis perubahan terhadap sistem cuaca di Belahan Bumi Utara.

Baca juga: Pemanasan Global Ancam Lapisan Tanah Beku Kutub Utara, Ini Penyebabnya

 

"Seperti yang diperkirakan, pengamatan atmosfer sekarang menunjukkan bahwa stratosfer Arktik sedang mengalami peristiwa pemanasan mendadak yang terkait dengan pusaran kutub stratosfer yang melemah," kata Adam Scaife, kepala prediksi jarak jauh di Kantor Meteorologi Inggris.

Untuk meyakinkan ke mana arah cuaca kutub setelah perubahan itu terjadi, ada beberapa cara yang harus ditempuh.

Akan tetapi, para ahli mengatakan bahwa alat seperti algoritme baru ini akan dapat meningkatkan peluang prediksi, serta membuat kita semakin dalam mempelajari atmosfer Bumi.

"Terlepas dari kemajuan ini, banyak pertanyaan tetap mengenai mekanisme yang menyebabkan peristiwa (cuaca di Kutub Utara) dramatis ini, dan bagaimana mereka dapat mempengaruhi permukaan, dan ini adalah area yang menarik dan penting untuk penelitian di masa depan," kata ahli matematika William Seviour dari University of Exeter.

Baca juga: Lubang Ozon Raksasa Langka Tiba-tiba Terbentuk di Kutub Utara, Ada Apa?

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com