Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Varian Baru Virus Corona Afrika Selatan Dikhawatirkan Ancam Vaksin

Kompas.com - 05/01/2021, 17:00 WIB
Gloria Setyvani Putri

Penulis

Sumber BBC,BGR

KOMPAS.com - Virus seperti SARS-CoV-2, yang menyebabkan Covid-19, bermutasi setiap saat.

Virus corona baru mengembangkan mutasi yang signifikan di awal pandemi, diyakini telah meningkatkan infektivitasnya.

Peneliti harus mengikuti mutasi ini dengan cermat karena berbagai alasan.

Pertama, mutasi penting untuk penelitian vaksin, karena obat harus disesuaikan dengan jenis baru seperti yang terjadi pada flu.

Kedua, pengurutan genetik dapat membuktikan infeksi ulang virus corona dan kekebalan Covid-19. Hal ini masih membutuhkan lebih banyak data di dunia.

Terakhir, mengetahui dengan tepat bagaimana virus berevolusi dan bermutasi berguna untuk menyusun protokol baru dalam rangka mencegah dan menangani infeksi.

Baca juga: Usai Vaksin Covid-19, Inilah Efek Samping yang Dirasakan Warga AS

Dua negara mengumumkan dua varian baru virus corona pada minggu-minggu terakhir di tahun 2020, yakni B.1.1.7 dari Inggris dan 501.V2 dari Afrika Selatan.

Keduanya lebih menular daripada nenek moyang mereka, kata laporan awal.

Namun, para ahli Inggris percaya strain Afrika Selatan mungkin lebih berbahaya daripada B.1.1.7.

Ahli menyebut varian 501.V2 Afrika Selatan bisa mengembangkan perubahan yang memungkinkannya menghindari atau kebal vaksin.

Dilansir BGR, Senin (4/1/2021), peningkatan infektivitas B.1.1.7 tampaknya terbukti, setelah Inggris mengumumkan catatan pandemi baru usai ada lonjakan kasus yang besar.

Varian virus corona Inggris B.1.1.7 tidak menyebabkan Covid-19 yang lebih parah, dan orang yang selamat dari penyakit tersebut tampaknya tidak berisiko terinfeksi ulang.

Anthony Fauci, pakar imunologi asal AS mengatakan beberapa hari yang lalu, vaksin yang ada saat ini tetap efektif melawan melawan varian baru virus corona Inggris.

Pembuat vaksin, termasuk BioNTech dan Moderna, mengatakan mereka berharap obat mereka bekerja pada B.1.1.7. Namun masih butuh pengujian lebih lanjut.

Sementara itu, varian 501.V2 memiliki beberapa kesamaan dengan B.1.1.7, tetapi keduanya tidak identik. Keduanya termasuk kumpulan beberapa mutasi yang berbeda.

Kanada telah mendapatkan cukup vaksin untuk memvaksinasi seluruh penduduknya sebanyak lima kali.REUTERS via BBC INDONESIA Kanada telah mendapatkan cukup vaksin untuk memvaksinasi seluruh penduduknya sebanyak lima kali.

Laporan dari Afrika Selatan menunjukkan bahwa mutasi 501.V2 berpotensi menimbulkan penyakit yang lebih parah. Sejauh ini ada banyak pasien muda yang didiagnosis Covid-19 mengalami komplikasi.

Menteri Kesehatan Inggris Matt Hancock mengatakan kepada BBC pada hari Senin (4/1/2021) bahwa strain Afrika Selatan lebih mengkhawatirkan daripada B.1.1.7.

"Saya sangat khawatir tentang varian Afrika Selatan, dan itulah mengapa kami mengambil tindakan yang kami lakukan untuk membatasi semua penerbangan dari Afrika Selatan," katanya kepada BBC.

"Ini adalah masalah yang sangat, sangat signifikan. Dan mungkin lebih menjadi masalah daripada varian baru Inggris."

Sementara Hancock tidak merinci atau membagikan data tambahan untuk mendukung klaimnya, CNBC melaporkan bahwa para peneliti khawatir bahwa strain Afrika Selatan mungkin menghindari vaksin.

“Keduanya memiliki banyak mutasi yang berbeda di dalamnya, jadi mereka bukan mutasi tunggal,” kata John Bell dari Universitas Oxford kepada Times Radio.

"Dan mutasi yang terkait dengan varian Afrika Selatan adalah perubahan yang sangat substansial dalam struktur protein (lonjakan atau spike protein).”

Bell mengatakan ada pertanyaan apakah vaksin Pfizer/BioNTech dan AstraZeneca/Oxford dapat dinonaktifkan oleh 501.V2.

Dia mengatakan tim obat Oxford sedang menyelidiki efek dari dua jenis pada vaksin.

Baca juga: Viral Kandungan dalam Kemasan Vaksin Sinovac, Benarkah Tidak Halal?

Firasatnya adalah bahwa obat tersebut akan bekerja melawan B.1.1.7, tetapi dia tidak yakin dengan versi Afrika Selatannya.

Ahli tersebut mengatakan bahwa jika vaksin tidak bekerja melawan salah satu strain baru, obat tersebut harus diadaptasi.

Prosesnya tidak akan memakan waktu satu tahun.

CEO BioNTech U?ur ?ahin mengatakan beberapa minggu lalu bahwa perusahaan membutuhkan enam minggu untuk memodifikasi vaksin untuk strain baru.

Hal itu sama seperti vaksin flu yang harus diperbarui setiap tahun untuk memperhitungkan berbagai mutasi yang mungkin didapat beberapa virus flu.

 

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Sumber BBC,BGR
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com