Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Kompas.com - 10/12/2020, 19:30 WIB
Bestari Kumala Dewi

Penulis

Sumber CNN


KOMPAS.com - Ketika ibu hamil stres, rupanya kondisi tersebut tak hanya berpengaruh pada dirinya sendiri, tapi juga pada bayinya.

Hal ini diungkap dalam sebuah studi baru, bahwa stress yang dirasakan ibu selama kehamilan dapat memengaruhi perkembangan otak bayinya yang belum lahir, seperti yang didokumentasikan pada pemindaian otak janin

Studi yang telah diterbitkan dalam jurnal medis JAMA Open Network menunjukkan, janin dari ibu hamil dengan tingkat kecemasan yang lebih tinggi, cenderung memiliki koneksi yang lebih lemah antara dua area otak yang terlibat dalam fungsi eksekutif dan kognitif, serta koneksi yang lebih kuat antara bagian-bagian otak yang terhubung dengan kontrol emosi dan perilaku.

Baca juga: Kenali Faktor Pemicu Sariawan, dari Bahan Kimia hingga Stres

Melansir CNN, studi tersebut menunjang penelitian terbaru lainnya, yang menemukan dampak langsung dari stres ibu pada perkembangan bayi di masa depan.

"Tingkat kecemasan yang tinggi, tampaknya memiliki efek langsung pada cara otak janin dibentuk dan diatur dalam rahim," kata penulis studi Catherine Limperopoulos, yang memimpin Institut Pengembangan Otak di Children's National di Washington, DC.

"Apa yang dialami ibu hamil, juga dialami bayi yang belum lahir," lanjutnya.

Tingkat kecemasan yang menjadi ‘racun’ itu dalam penelitian ini, didefinisikan sebagai stres pada tingkat yang mengganggu kemampuan ibu hamil untuk menjalankan peran dan tanggung jawabnya sehari-hari, tetapi tidak cukup untuk mendapat diagnosis secara klinis sebagai penyakit kesehatan mental.

Stres menyebabkan kelenjar pituitari dan adrenal membanjiri tubuh dengan hormon "lawan atau lari", yang awalnya dimaksudkan untuk membantu kita melarikan diri dari hewan liar dan bahaya lainnya.

Sedangkan saat ini, stres kronis yang terjadi selama kehamilan, dan reaksi kimia dalam tubuh, yang mencakup hormon stres kortisol, memiliki kemampuan untuk melewati penghalang plasenta antara ibu dan bayi.

Masalahnya, kata Limperopoulos, hubungan antara stres selama kehamilan dan perkembangan otak janin sangat mengganggu ibu hamil selama pandemic.

Apalagi, penelitian sebelumnya menemukan stres selama kehamilan di tengah pandemi Covid-19 meningkat dua kali lipat atau bahkan tiga kali lipat.

"Dan ada studi lain yang diterbitkan yang mengonfirmasi bahwa ibu hamil melaporkan tingkat stres yang sangat tinggi selama pandemi," katanya.

"Ada pesan penting yang dibawa di sini, sangat penting bagi kami untuk mengingatkan wanita akan fakta bahwa tingkat stres yang tinggi dapat berdampak pada perkembangan bayi mereka,” imbuhnya.

Limperopoulos menambahkan, penting untuk mengarahkan ibu hamil yang stres ke sumber daya yang dapat membantu mereka mengelola stres selama kehamilan dengan lebih baik di tengah pandemi dan seterusnya.

Baca juga: Bagaimana Stres Membuat Kita Jadi Gampang Sakit?

Ilustrasi ibu hamil dan janin dalam kandungan.SHUTTERSTOCK/zffoto Ilustrasi ibu hamil dan janin dalam kandungan.

Stres selama kehamilan dan dampak jangka panjang

Penelitian sebelumnya telah mengaitkan stres, kecemasan, dan depresi pada ibu hamil dengan masalah sosial, emosional, dan perilaku pada keturunan mereka di usia yang lebih tua.

Studi klinis telah menemukan defisit neurobehavioral, seperti gangguan koordinasi motorik, reaktivitas emosional yang lebih tinggi, dan keterlambatan bahasa pada anak yang lahir dari ibu yang stres.

Limperopoulos menerbitkan sebuah penelitian awal tahun ini yang menemukan, tingkat stres yang tinggi selama kehamilan mengganggu biokimia otak bayi dan pertumbuhan hipocampus - area otak yang terlibat dalam pembentukan ingatan baru, yang juga terkait dengan pembelajaran dan emosi.

Baca juga: Stres Bisa Meningkatkan Kadar Gula Darah pada Pasien Diabetes, Kok Bisa?

Studi sebelumnya juga menemukan pola elektroensefalografi yang tidak biasa di lobus frontal anak-anak, bersama dengan perubahan pada materi putih yang bertanggung jawab untuk mengatur komunikasi antara berbagai bagian otak.

Stres selama kehamilan juga dikaitkan dengan kelahiran prematur. Ibu hamil yang merasa kewalahan dan tidak mampu mengatasi stres selama berbulan-bulan, bahkan bertahun-tahun sebelum pembuahan, cenderung memiliki kehamilan yang usianya lebih pendek daripada wanita lain.

"Setiap hari di dalam rahim penting untuk pertumbuhan dan perkembangan janin," kata penulis senior Christine Dunkel Schetter, seorang profesor psikologi dan psikiatri terkemuka yang telah meneliti topik tersebut selama bertahun-tahun di Laboraturium Proses Stres dan Kehamilan di Universitas California, Los Angeles.

“Bayi prematur memiliki risiko lebih tinggi terhadap kondisi yang merugikan saat lahir dan di kemudian hari dibandingkan bayi yang lahir cukup umur, termasuk cacat perkembangan dan masalah kesehatan fisik,” kata Dunkel Schetter.

Studi lain yang diterbitkan bulan ini menemukan, stres ibu - bahkan sebelum pembuahan - dapat memperpendek panjang telomere bayi, struktur DNA majemuk yang terletak di ujung kromosom kita, yang bertanggung jawab untuk melindungi sel dari penuaan saat mereka berkembang biak.

Baca juga: Stres Selama Pandemi Covid-19, Harus Bagaimana?

Pikirkan telomere sebagai tutup plastik pelindung di ujung tali sepatu Anda. Telomere yang pendek, telah dikaitkan dengan risiko penyakit jantung, kanker, dan kematian dini yang lebih tinggi.

"Apa yang dikatakan penelitian kami adalah bahwa kita mungkin memiliki faktor lingkungan dan kandungan ibu adalah awal yang memengaruhi seseorang memulai kehidupan, yang dapat membuat mereka menua lebih cepat," kata penulis utama Judith Carroll, seorang profesor psikiatri dan ilmu biobehavioral di Institut Semel untuk Ilmu Saraf dan Perilaku Manusia di UCLA, dalam sebuah pernyataan.

Limperopoulos menekankan, 75% ibu hamil yang mengalami masalah kesehatan mental selama kehamilan tidak terdeteksi, karena peneliti tidak melakukan skrining secara sistematis untuk masalah ini.

"Kami benar-benar perlu memerhatikan masalah kesehatan mental selama kehamilan, karena mereka tidak hanya memengaruhi ibu hamil, tetapi mereka tampaknya memiliki efek yang bertahan lama pada bayi di bulan-bulan dan mungkin tahun-tahun mendatang," tambah Limperopoulos.

"Jika kita dapat membuat perubahan untuk membantu memberikan ibu hamil sumber daya yang mereka butuhkan dan menyediakan lingkungan yang aman dan mendukung sebelum dan selama kehamilan, kita mungkin memiliki dampak yang signifikan terhadap kesehatan anak-anak mereka," kata Carroll.

Baca juga: Jaga Imunitas, 5 Suplemen dan Vitamin untuk Ibu Hamil di Masa Covid-19

 

Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Kompas.com. Mari bergabung di Grup Telegram "Kompas.com News Update", caranya klik link https://t.me/kompascomupdate, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.

Sumber CNN
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Lengkapi Profil
Lengkapi Profil

Segera lengkapi data dirimu untuk ikutan program #JernihBerkomentar.

Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com