Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

4 Jenis Terapi Pengobatan Virus Corona, Mana Paling Efektif?

Kompas.com - 06/12/2020, 13:03 WIB
Bestari Kumala Dewi

Penulis


KOMPAS.com - Covid-19 merupakan penyakit baru yang membuat para ahli masih terus mempelajarinya hingga kini.

Selain soal vaksin, para ahli di laboratorium dan rumah sakit di seluruh dunia juga sedang melakukan ratusan penelitian, yang mengeksplorasi apakah ada obat yang benar-benar efektif mengatasi infeksi virus corona?

“Seiring berjalannya waktu, semua dokter telah belajar banyak tentang penyakit ini, dan kemampuan kami untuk merawat pasien kini juga menjadi lebih baik,” kata dokter paru dan perawatan kritis Lokesh Venkateshaiah, MD seperi dikutip dari Health Cleveland Clinic.

Baca juga: Mungkinkah Kekebalan terhadap Virus Corona Bertahan hingga Puluhan Tahun?

Berikut ini empat jenis pengobatan yang paling sering digunakan untuk mengobati Covid-19:

1. Remdesivir

Masih ada pertanyaan tentang keefektifan remdesivir, obat pertama yang disetujui oleh Food and Drug Administration (FDA) khusus sebagai pengobatan virus corona.

Ini adalah obat antivirus yang diberikan melalui infus kepada pasien berusia di atas 12 tahun yang dirawat di rumah sakit, karena masalah pernapasan terkait Covid-19.

Obat ini sering diberikan bersamaan dengan steroid, yang dikenal dengan deksametason.

“Pasien rawat inap yang memiliki tingkat saturasi oksigen kurang dari 93% atau memiliki kebutuhan oksigen tambahan baru adalah mereka yang paling diuntungkan dari pengobatan khusus ini,” kata Dr. Venkateshaiah.

Pada penelitian awal, pasien Covid-19 rawat inap yang memenuhi kriteria dan mendapat remdesivir memiliki waktu rawat inap yang lebih singkat di rumah sakit. Ada juga yang menyebut, kecil kemungkinannya untuk meninggal dunia.

“Tetapi studi Organisasi Kesehatan Dunia yang lebih besar dan lebih baru tidak menunjukkan hasil yang luar biasa,” kata Dr. Venkateshaiah.

“Sulit untuk mengatakannya. Kami membutuhkan lebih banyak data - tetapi berdasarkan informasi yang tersedia, kami merasa bahwa remdesivir dan deksametason membuat perbedaan, ”katanya.

Baca juga: 8 Fakta Remdesivir untuk Indonesia, dari Harga hingga Efek Samping

2. Deksametason (kortikosteroid)

Banyak kasus Covid-19 yang serius disebabkan oleh sistem kekebalan tubuh yang bereaksi berlebihan terhadap virus corona yang menyebabkan penyakit tersebut dan, pada gilirannya, menyerang jaringan dan sel yang sehat.

Hal itu dapat menyebabkan peradangan dan kerusakan pada paru-paru dan organ lainnya.

Dokter menggunakan kelas obat yang disebut kortikosteroid - deksametason - untuk membantu menjinakkan respons tersebut. Ini adalah obat-obatan yang sudah ada sejak lama dan sudah tersedia.

“Kami tahu obat ini sangat baik. Ini telah digunakan untuk banyak tujuan lain, dan kami mengetahui profil efek sampingnya dan apa yang dapat dilakukannya pada tubuh, "kata Dr. Venkateshaiah.

Penggunaan deksametason untuk pengobatan virus corona bermula dari keberhasilan uji coba Recovery yang dilakukan oleh para peneliti di Inggris Raya.

Dalam studi tersebut, pasien virus corona yang dirawat di rumah sakit dan menerima deksametason hingga 10 hari, lebih kecil kemungkinannya untuk meninggal dibandingkan mereka yang tidak.

Manfaat itu hanya terlihat pada pasien yang sakit parah - mereka yang memiliki kadar oksigen kurang dari 93% atau membutuhkan oksigen tambahan.

“Tidak ada penelitian lain yang dapat saya ingat yang telah mengubah praktik hampir dalam semalam di seluruh dunia seperti yang dilakukan ini,” kata Dr. Venkateshaiah.

Deksametason dipakai melalui mulut atau diberikan melalui infus kepada pasien yang sakit parah- seringkali bersamaan dengan remdesivir.

Tapi Dr. Venkateshaiah menekankan, bahwa dokter harus berhati-hati dengan dosisnya.

"Terlalu banyak mengonsumsi obat ini berpotensi menempatkan pasien pada risiko infeksi baru, terutama infeksi bakteri, atau bahkan infeksi jamur," ia memperingatkan.

Baca juga: Apa Itu Kortikosteroid dan Mengapa Efektif Melawan Covid-19?

 

Ilustrasi virus coronaShutterstock Ilustrasi virus corona

3. Terapi plasma konvalesen

Terapi plasma konvalesen berangkat dari gagasan “meminjam” antibodi - yang merupakan protein yang dibuat oleh sistem kekebalan untuk melawan infeksi - dari seseorang yang sembuh dari suatu penyakit dan memberikannya kepada seseorang yang sakit parah karena penyakit yang sama.

Sistem pengobatan ini telah dieksplorasi untuk banyak penyakit berbeda selama seabad terakhir.

Dijelaskan Dr. Venkateshaiah, pasien yang sembuh dari infeksi virus corona kemungkinan meningkatkan respons antibodi terhadap infeksi dengan cara yang lebih hebat.

Dan begitu mereka memproduksi antibodi, mereka kemungkinan akan memiliki antibodi dalam sistem mereka selama beberapa minggu atau bulan pada tingkat yang sangat tinggi.

“Jadi kami mengambil darah seseorang yang telah sembuh dari Covid-19, mengambil plasma (bagian dari darah yang akan mengandung antibodi) dan memberikannya kepada pasien yang belum sembuh dari infeksi virus corona,” ujar Dr. Venkateshaiah.

“Idenya adalah bahwa mungkin antibodi yang dipinjam berpotensi membantu pasien melawan infeksi dengan lebih baik,” lanjutnya.

FDA mengizinkan rumah sakit menggunakan terapi plasma konvalesen untukprngobatan virus corona dengan gejala parah. Namun, belum jelas apakah perawatan tersebut efektif membantu orang sembuh dari virus corona.

Meskipun beberapa uji klinis kecil telah dilakukan, ada kekurangan data dari uji coba terkontrol secara acak (jenis yang paling dapat diandalkan) yang menunjukkan apakah uji tersebut efektif.

Baca juga: Plasma Konvalesen untuk Pengobatan Covid-19, Begini Syarat Jadi Donor

4. Antibodi monoklonal

Pengobatan virus corona terbaru yang diberikan otorisasi penggunaan darurat FDA ini berbeda dari yang lain.

Alih-alih diberikan kepada pasien dengan gejala parah di rumah sakit, antibodi monoklonal justru diberikan melalui infus untuk mencegah orang perlu dirawat di rumah sakit.

Antibodi monoklonal menggunakan protein buatan laboratorium yang meniru antibodi untuk mengurangi jumlah virus corona dalam tubuh seseorang - sebelum mencapai tingkat yang dapat menyebabkan gejala parah dan membawanya ke rumah sakit.

Antibodi monoklonal disetujui untuk pasien yang menderita Covid-19 dan berisiko lebih besar mengalami komplikasi.

Ini termasuk orang yang berusia di atas 65 tahun dan orang dengan kondisi medis tertentu seperti diabetes, penyakit ginjal kronis, atau obesitas.

"Dalam penelitian, ditemukan dengan penggunaan awal obat ini, cukup banyak pasien yang dapat terhindar dari masalah," kata Dr. Venkateshaiah.

"Risiko rawat inap bahkan lebih rendah dengan obat ini dibandingkan tanpa obat."

Sebagaimana obat-obatan lainnya, keamanan dan efektivitasnya masih terus dipelajari.

Baca juga: Ilmuwan Kembangkan Terapi Antibodi Monoklonal Obati Covid-19, Apa itu?

Jenis pengobatan lain

Dengan ratusan uji klinis yang sedang berlangsung, apakah akan ada pengobatan virus corona yang lebih efektif?

"Sejujurnya, saya tidak memperkirakan obat khusus akan disetujui dalam waktu dekat," kata Dr. Venkateshaiah.

"Saya juga tidak berpikir kita akan menemukan obat ajaib untuk mengatasi ini."

Sebaliknya, menurut Dr. Venkateshaiah pencegahan adalah bentuk pengobatan terbaik.

Pendekatan yang mungkin dilakukan untuk mengakhiri pandemi Covid-19 adalah fokus pada pencegahan, termasuk tindakan pencegahan seperti menjaga jarak, memakai masker, dan mencuci tangan, serta vaksin.

“Saya pikir ketika vaksin tersedia, itu akan menjadi pengubah permainan yang nyata, asalkan orang mau menerimanya,” katanya.

Baca juga: Vaksin Covid-19 Pfizer, Sputnik V, Moderna, dan Oxford AstraZeneca, Apa Bedanya?

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com