KOMPAS.com - Akibat curah hujan yang intens dan berdurasi lama, BMKG meminta sejumlah wilayah Indonesia untuk mewaspadai bencana hidrometeorologi.
Kepala Sub-bidang Peringatan Dini Cuaca Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG), Agie Wandala, menjelaskan, bencana hidrometeorologi adalah bencana yang dampaknya dipicu oleh kondisi cuaca dan iklim dengan berbagai parameternya.
Beberapa paramater di antaranya adalah peningkatan curah hujan, penurunan curah hujan, suhu ekstrem, cuaca esktrem seperti hujan lebat yang disertai angin kencang serta kilat atau petir, dan lain sebagainya.
Secara umum, bencana hidrometeorologi tidak hanya terjadi saat musim hujan saja, melainkan juga bisa terjadi di musim kemarau.
Baca juga: Apa Itu Bencana Hidrometeorologi yang Harus Diwaspadai di Musim Hujan?
Namun, saat musim hujan seperti ini, Agie mengingatkan ada banyak kejadian bencana hidrometeorologi yang bisa terjadi.
Oleh sebab itu, Agie mengatakan, dalam kondisi cuaca seperti apa pun, meningkatkan kesadaran masyarakat terhadap potensi bencana merupakan hal yang penting.
Ancaman bencana hidrometeorologi itu ada banyak, baik di musim kemarau maupun musim hujan. Sebagai contoh, kekeringan, banjir, tanah longsor, genangan, banjir bandang, angin kencang, pohon tumbang, jalan licin, serta cuaca ekstrem.
Nah, menurut Agie, di masa periode musim hujan seperti saat ini, masyarakat terutama di wilayah-wilayah rentan, sebaiknya mewaspadai adanya ancaman bencana hidrometeorologi banjir, longsor, banjir bandang serta gelombang tinggi.
Agie menjelaskan, mitigiasi bencana hidrometeorologi ini bisa dilakukan dengan banyak cara, beberapanya sebagai berikut.
1. Mitigasi secara nomenklatur
Mitigasi secara nomenklatur ini sering dimaknakan sebagai rangkaian upaya untuk mengurangi risiko bencana.
"Bentuknya (mitigasi nomenklatur) melalui pembangunan fisik atau infrastruktur, ini interfensi maupun penyadaran masyarakat," kata Agie kepada Kompas.com, Kamis (3/12/2020).
2. Edukasi (penyadartahuan) kepada masyarakat
Penyadartahuan kepada masyarakat ini tentunya adalah bentuk edukasi tentang bencana hidrometeorologi dan peningkatan kemampuan mereka dalam menghadapi ancaman bencana.
Penyadartahuan atau edukasi ini harulah dilakukan mulai dari kelompok inti di dalam masyarakat, yaitu keluarga.
"Dari keluarga dulu, orang tua harus mulai mau belajar baik dari literatur atau video bagaimana memitigasi bencana hidrometeorologi," jelasnya.
Selain itu, edukasi mitigasi bencana ini juga bisa dilakukan dan diajarkan melalui kurikulim di sekolah-sekolah.
"Karena anak cucu kita yang akan meneruskan legacy. Kalau mereka bisa menjaga lingkungan maka dampak bencana dapat ditekan," ucap dia.
Baca juga: Apa Itu Bencana Hidrometeorologi yang Harus Diwaspadai di Musim Hujan?
3. Aktivitas yang tidak merusak lingkungan
Berkaitan dengan pengurangan risiko bencana secara fisik-infrastruktur maupun edukasi kepada masyarakat secara umum, Agie menegaskan, kita sendiri secara pribadi masing-masing sedari sekarang juga harus memulai langkah-langkah untuk tidak merusak lingkungan dalam berbagai aktivitas kehidupan kita.
Beberapa kegiatan yang tidak merusak lingkungan yakni;
Tulis komentar dengan menyertakan tagar #JernihBerkomentar dan #MelihatHarapan di kolom komentar artikel Kompas.com. Menangkan E-Voucher senilai Jutaan Rupiah dan 1 unit Smartphone.
Syarat & Ketentuan