KOMPAS.com- Jika dibandingkan efikasi vaksin Covid-19 Pfizer dan Moderna, vaksin Oxford AstraZeneca memang jauh lebih rendah.
Dilansir dari CNN, Minggu (29/11/2020), berdasarkan hasil uji coba tahap 3 yang dilakukan rata-rata efikasi atau kemanjuran vaksin yang dikembangkan Oxford University bersama AstraZeneca hanya 70 persen.
Lebih rendah daripada kandidat vaksin Pfizer yang dikembangkan bersama BioNTech dan vaksin Moderna, yang menunjukkan efikasi vaksin 94,5 persen hingga 95 persen.
Kendati demikian, vaksin Covid-19 Oxford AstraZeneca dinilai lebih berharga bagi dunia daripada kedua vaksin tersebut.
Baca juga: Hasil Awal Uji Coba Vaksin Oxford Astrazeneca, Aman dan Efektif untuk Lansia
Pasalnya, vaksin Oxford dapat menjadi pelopor dalam menyediakan vaksin yang bagi negara-negara berkembang yang sangat membutuhkan.
Pemerintah Inggris telah mengambil langkah pertama dalam proses persetujuan untuk penggunaan vaksin ini pada Jumat lalu. Mereka mengumumkan secara resmi merujuk kandidat vaksin Oxford ini ke regulator obat di Inggris untuk penilaian.
"Vaksin Pfizer berkomitmen untuk dosis awalnya ke Uni Eropa dan Amerika Serikat. Dan pasokan Moderna akan terikat dengan Amerika Serikat, setidaknya hingga paruh pertama tahun 2021. Jadi mengingat hal itu, vaksin Oxford AstraZeneca benar-benar kabar baik bagi dunia," kata Andrea Taylor, asisten direktur program di Duke Global Health Innovation Center.
AstraZeneca telah menjanjikan pasokan vaksin hingga ratusan juta dosis untuk negara-negara berpenghasilan rendah dan menengah, serta akan mengirimkan vaksin-vaksin Covid-19 tersebut secara nirlaba.
Baca juga: Vaksin Covid-19 Pfizer, Sputnik V, Moderna, dan Oxford AstraZeneca, Apa Bedanya?
Vaksin Covid-19 yang dikembangkan Oxford University Inggris ini secara signifikan lebih murah dibandingkan kandidat lainnya. Namun, yang terpenting, akan jauh lebih mudah untuk didistribusikan di negara-negara berkembang.
Sebab, vaksin Oxford AstraZeneca tidak perlu disimpan pada suhu beku, seperti perlakukan terhadap vaksin Pfizer dan Moderna.
"Saya pikir itu satu-satunya vaksin yang dapat digunakan dalam pengaturan tersebut saat ini," kata Azra Ghani, ketua epidemiologi penyakit menular di Imperial College London.
Vaksin Oxford AstraZeneca dapat disimpan pada suhu lemari es sekitar 2-8 derajat Celcius, setidaknya selama 6 bulan.
Tulis komentar dengan menyertakan tagar #JernihBerkomentar dan #MelihatHarapan di kolom komentar artikel Kompas.com. Menangkan E-Voucher senilai Jutaan Rupiah dan 1 unit Smartphone.
Syarat & Ketentuan