KOMPAS.com- Siapa yang tak kenal jerami padi, yang biasanya dihasilkan oleh para petani padi setelah memanen hasil buah padi di sawah milik mereka.
Jerami padi merupakan hasil samping dari usaha pertanian yang terdiri dari tangkai dan batangan tanaman.
Peneliti Pusat Penelitian Biomaterial LIPI, Widya Fatriasari dalam keterangan resminya mengatakan bahwa sejauh ini pemanfaatkan jerami belum optimal, walaupun 60 persen dari tanaman padi merupakan jerami.
Pemanfaatan yang belum optimal ini juga berkaitan dengan anggapan bahwa jerami hanyalah salah satu jenis limbah pertanian.
Baca juga: Penemuan yang Mengubah Dunia: Lahirnya Kertas yang Mengubah Peradaban
Alhasil, masih sangat banyak masyarakat yang hanya membakar begitu saja hasil jerami dari sawah yang mereka ladangi.
Pada tahun 2014, sebanyak 35,46 juta ton jerami padi dibakar dan sebagian kecil dijadikan pakan ternak, produk kerajinan dan kompos jerami.
Padahal, kata Widya, pembakaran jerami itu dapat menyebabkan polusi udara, karena menghasilkan gas karbondioksida.
Sehingga, Widya menegaskan bahwa jerami padi itu bukanlah limbah semata, melainkan bisa dioptimalkan untuk membuat suatu produk bernilai kegunaan dan ekonomis.
Baca juga: Penemuan yang Mengubah Dunia: Jas Hujan, dari Jerami hingga Plastik
Sebab, jerami padi menyimpan banyak potensi dan dapat dijadikan sebagai sumber bioproduk, salah satunya potensi sebagai bahan baku pembuatan kertas.
Seperti diketahui, selama ini bahan baku utama dalam pembuatan kertas itu adalah kayu. Akan tetapi, lambat laun penebangan kayu juga dilarang karena berisiko terhadap rusaknya ekosistem di alam dan berpengaruh terhadap perubahan iklim.
Jerami yang tergolong sebagai sumber biomassa dikategorikan ke dalam non woody biomass yaitu sumber biomassa yang bukan dari kayu.