Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Studi Terbesar Ungkap Risiko Kesehatan Terbesar di Ruang Angkasa

Kompas.com - 28/11/2020, 11:03 WIB
Gloria Setyvani Putri

Penulis

KOMPAS.com - Luar angkasa adalah tempat yang tidak bersahabat dan dapat memengaruhi kesehatan manusia.

Manusia mungkin berhasil menciptakan teknologi canggih yang bisa meluncurkan astronot ke orbit dan memulangkannya lagi ke Bumi dengan selamat.

Namun, bagaimana perjalanan ke ruang angkasa memengaruhi kesehatan manusia, terutama dalam jangka panjang, merupakan sebuah misteri.

Memahami dampak perjalanan ruang angkasa penting dilakukan untuk memastikan kesehatan dan keselamatan para astronot saat melakukan misi di masa depan.

Baca juga: 6 Bulan di Luar Angkasa, 3 Astronot Kembali ke Bumi

Salah satu studi paling terkenal tentang kesehatan astronot adalah penelitian terhadap saudara kembar identik Scott dan Mark Kelly yang melakukan perjalanan antariksa.

Studi itu menemukan bahwa perjalanan antariksa dapat memengaruhi aliran darah ke otak, mengubah mikrobioma usus, memicu risiko peradangan, menyebabkan penglihatan kabur, tulang rapuh, hingga pengecilan otot.

Studi tikus yang mensimulasikan penerbangan luar angkasa juga menunjukkan bahwa pergi ke luar angkasa dapat memengaruhi sistem kekebalan dan merusak otak.

Sekarang, para ilmuwan telah menerbitkan laporan yang mengumpulkan hampir 30 makalah yang menyelidiki risiko kesehatan terkait perjalanan luar angkasa.

Ini merupakan kumpulan data biologi ruang angkasa terbesar yang pernah dilakukan dan menampilkan beberapa analisis pengamatan dari berbagai makhluk seperti lalat, cacing, tikus, dan astronot.

Beberapa hasil riset menegaskan kembali apa yang telah kita ketahui terkait dampak kesehatan dan ruang angkasa.

Sementara penelitian lain memberi wawasan baru, mengklarifikasi hasil sebelumnya, atau menemukan cara untuk meningkatkan eksperimen di masa mendatang.

"Meskipun kemajuan signifikan telah dibuat dalam dekade terakhir untuk memahami risiko kesehatan perjalanan ruang angkasa, penelitian tambahan diperlukan untuk memungkinkan eksplorasi ruang angkasa manusia yang lebih aman di luar (orbit rendah bumi), termasuk bulan, planet Mars, dan ruang angkasa dalam," tulis para peneliti dalam makalah ulasan.

Baca juga: Apa Hasil Studi Astronot Kembar Bakal Ubah Pakem Perjalanan Antariksa?

Dilansir Science Alert, Kamis (26/11/2020), para ahli memaparkan berbagai risiko kesehatan dari perjalanan luar angkasa. Mulai gaya G yang dirasakan oleh astronot saat lepas landas hingga paparan radiasi luar angkasa dan gayaberat mikro yang berbahaya.

Astronot kembar NASA, Mark Kelly (Kiri) dan Scott Kelly (Kanan) Astronot kembar NASA, Mark Kelly (Kiri) dan Scott Kelly (Kanan)

Dalam perjalanan berbahaya ke mars, misalnya, astronot akan melampaui magnetosfer pelindung bumi dan terpapar radiasi kosmik selama rentang waktu signifikan yang diperlukan bagi mereka untuk menjelajah planet merah dan kembali ke bumi.

Sementara itu, ada risiko kesehatan bagi astronot yang berada di gravitasi rendah Stasiun Luar Angkasa Internasional (ISS). Waktu tinggal terlama astronot saat ini adalah 437 hari.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com