Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Kompas.com - 27/11/2020, 17:56 WIB
Gloria Setyvani Putri

Penulis

KOMPAS.com - Bupati Situbondo Dadang Wigiarto meninggal dunia karena Covid-19, pada Kamis (26/11/2020).

Dadang sempat dirawat selama tiga hari di RSD dr Abdoer Rahem Situbondo sebelum mengembuskan napas terakhir.

Dalam pemberitaan Kompas.com sebelumnya, Sekretaris Daerah Pemkab Situbondo Syaiffulah menyebutkan, berdasarkan keterangan dokter, virus corona yang menyerang Dadang masuk kategori ganas.

"Menurut analisa dokter, virusnya ganas," kata Syaifullah.

Selama dirawat di rumah sakit, kondisi Bupati yang memiliki riwayat hipertensi ini sempat naik turun. Bahkan rumah sakit sempat memasang ventilator.

Namun benarkah ada jenis virus corona yang ganas dan tidak?

Baca juga: Sederet Fakta Bupati Situbondo Meninggal karena Covid-19, Disebut Terserang Virus yang Tergolong Ganas

Menjawab pertanyaan tersebut, Kompas.com menghubungi ahli biologi molekuler Indonesia, Ahmad Utomo.

Ahmad justru mempertanyakan atas dasar apa, sumber dalam pemberitaan tersebut mengatakan bahwa virus corona yang menyerang Bupati Dadang masuk kategori ganas.

Pasalnya, virus corona SARS-CoV-2 yang saat ini menjadi pandemi global memiliki berbagai macam aspek yang dapat memengaruhi kondisi seseorang.

Mulai dari sisi imunitas tubuh pasien, jumlah partikel virus yang masuk tubuh dalam waktu tertentu, hingga perilaku pasien.

"Ini kan (kasusnya terjadi pada) bupati, yang mana figur publik. Dia pasti banyak keluar, bertemu dengan masyarakat," kata Ahmad kepada Kompas.com, Jumat (27/11/2020).

"Kalau intensitas bertemu orang lain cukup tinggi, meski pakai masker tapi kan (Bupati Dadang) bisa kecapekan juga (yang memengaruhi kondisi kesehatan)," imbuhnya.

Keadaan ini dapat diperburuk jika kondisi kesehatannya sedang tidak fit dan terlalu banyak partikel virus yang masuk tubuh dalam waktu bersamaan.

Ahmad menjelaskan, seseorang yang meninggal akibat Covid-19 sebenarnya bukan karena imunitasnya terlalu lemah.

Ilustrasi rontgen. Shutterstock Ilustrasi rontgen.

"Justru kebalik. Imunitasnya banyak, tapi tidak bisa meredam. Jadi sistem imunnya tidak bisa di-stop," katanya.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Lengkapi Profil
Lengkapi Profil

Segera lengkapi data dirimu untuk ikutan program #JernihBerkomentar.

Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com