Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Remaja Wajib Tahu, Kehamilan Usia Dini Berisiko Biologis hingga Psikologis

Kompas.com - 27/11/2020, 16:05 WIB
Ellyvon Pranita,
Shierine Wangsa Wibawa

Tim Redaksi

KOMPAS.com - Ahli mengingatkan bahwa pendidikan atau edukasi yang komprehensif terkait kesehatan seksual dan reproduksi sangat perlu dikampanyekan.

Hal ini disampaikan oleh dr Sandeep Nanwani MMSc dari United Nations Population Fund (UNFPA). 

Dalam diskusi daring "Webinar 1: Let's Talk About Sex" yang merupakan bagian dari rangkaian #HarusDibahas oleh Reprodukasi, Jumat (20/11/2020), Sandeep berkata bahwa sebenarnya, ada banyak pemahaman yang keliru tentang pendidikan kesehatan seksual dan reproduksi.

Padahal, kesehatan seksual dan reproduksi harus dipahami oleh semua orang, bukan kalangan medis saja.

Baca juga: Studi Ungkap Tren Kehamilan Tak Diinginkan dan Aborsi Global, Ini Hasilnya

Dia pun menegaskan bahwa dalam peraturan undang-undang, sudah diatur bahwa setiap perempuan berhak menjalani kehidupan seksual yang sehat secara aman, tanpa paksaan dan diskriminasi, tanpa rasa takut, malu dan rasa bersalah.

Kehidupan seksual sehat yang dimaksud meliputi beberapa hal sebagai berikut:

- Terbebas dari infeksi menular seksual

- Terbebas dari disfungsi dan gangguan seksual

- Terbebas dari kekerasan fisik dan mental

- Mampu mengatur kehamilan

- Sesuai dengan etika dan moralitas

Dalam pemaparannya, Sandeep berkata bahwa sebelum anak remaja menyalurkan dorongan seksualnya, dia harus tahu dulu apa yang diinginkannya dan batasan dirinya.

Selain itu, remaja juga harus diberikan ruang aman untuk merefleksikan batasan-batasan yang dia buat, supaya dia sendiri bisa bijak dalam mengambil keputusan.

Baca juga: Komnas Perempuan Tegaskan, Kehamilan Remaja Hanya Beri Tekanan Fisik dan Psikis

"Makanya kita harus memberikan informasi sedetail-detailnya (sebelum remaja itu mengambil keputusan), karena kalau kita cuma mengarahkan dan remaja itu tidak mengerti keputusan yang diambil, bisa saja remaja itu tidak mengerti tentang seksual yang aman," jelasnya.

Secara khusus, remaja harus diberikan pengetahuan atau edukasi yang menegaskan bahwa jika mereka tidak menjaga kesehatan seksualnya dan terjadi kehamilan saat remaja, maka akan ada banyak sekali risiko yang mengancam.

Pasalnya, kehamilan pada usia remaja sangat berisiko, baik secara biologis, psikologis maupun sosial-ekonomi. Berikut penjelasannya:

Risiko biologis

Risiko biologis berkaitan dengan kondisi fisik yang akan dialami oleh remaja yang hamil dan bayi yang dikandungnya. Beberapa di antaranya adalah:

- Keguguran

- Risiko tindakan aborsi dengan cara yang tidak aman

- Tekanan darah tinggi preeklamsia yang dapat menyebabkan eklamsia atau kejang-kejang dan dapat menyebabkan kematian pada ibu dan bayi

- Anemia pada ibu

- Mengganggu pertumbuhan ibu yang masih remaja dan seharunya, tubuhnya masih bertumbuh

- Kesulitan dan komplikasi melahirkan karena organ tubuh yang belum berkembang dengan optimal, misalnya ukuran panggul belum memadai

- Bayi lahir dengan berat badan rendah (BBLR)

- Bayi lahir sebelum waktunya (prematur)

- Bayi mengalami kekurangan gizi dan gangguan pertumbuhan yang dapat menyebabkan stunting

- Komplikasi melahirkan

- Kematian pada ibu dan bayi

Baca juga: Kasus Gadis Meninggal Setelah Dihamili Bapak Asuh, Bukti Bahayanya Kehamilan Remaja

Risiko psikologis

Risiko psikologis cenderung berkaitan dengan kondisi kejiwaan ibu yang hamil saat usia remaja.

Ibu usia remaja yang belum siap secara mental bisa mengalami stres menghadapi kehamilan, merasa cemas, takut dan depresi hingga muncul keinginan untuk bunuh diri.

Ketidaksiapan remaja untuk menjadi orangtua juga bisa berisiko pada pengasuhan anak yang tidak optimal hingga penelantaran bayi

Risiko sosial-ekonomi

"Banyak yang kita temukan ya, jika sudah hamil usia remaja, banyak yang drop out (putus) dari sekolah," jelasnya.

Dikarenakan putus sekolah, orangtua usia remaja pun sering kali kesulitan untuk mendapatkan pekerjaan.

Hal ini, ujar Sandeep, juga akan dapat memicu terjadinya penelantaran terhadap anak, pengucilan oleh masyarakat, stigma dan perudungan (bullying), dan rasa kehilangan masa bermain dengan teman sebaya.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com