Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Jutaan Rumput Laut Menginvasi Samudra Atlantik, Ini Dampaknya

Kompas.com - 27/11/2020, 12:00 WIB
Gloria Setyvani Putri

Editor

KOMPAS.com - Rumput laut jenis sargassum berkembang tak terkendali di Samudra Atlantik dan menyebabkan kerusakan pantai. Namun, penduduk lokal di Meksiko dan Karibia dengan cepat menemukan cara untuk mengubah invasi rumput laut untuk keuntungan mereka.

Pada musim panas 2018, rumput laut coklat muncul di Samudra Atlantik, suatu peristiwa yang sulit dipahami. Rumput itu membentang dari satu ujung pantai ke pantai lainnya, dari pantai Afrika Barat hingga Teluk Meksiko.

Lebarnya hampir sepanjang 8.850 kilometer, membuat rumput laut, yang dikenal sebagai sabuk sargassum Atlantik ini menjadi yang terbesar yang pernah tercatat.

Para peneliti yang menganalisis gambar satelit memperkirakan massa rumput laut ini lebih dari 20 juta ton - lebih berat dari 200 kapal induk yang terisi penuh.

Baca juga: Studi Baru: Garam Rumput Laut Bisa Jadi Alternatif Cegah Hipertensi

Meski peristiwa 2018 adalah rekor, mekarnya sargassum telah menjadi gangguan di Atlantik selama beberapa tahun terakhri.

Tumbuhan ini merusak keanekaragaman hayati pesisir, perikanan, dan industri pariwisata di Karibia dan Meksiko.

Barbados mengumumkan keadaan darurat nasional pada Juni 2018 setelah garis pantainya dipenuhi sargassum.

Ini adalah masalah yang tampaknya semakin parah di Atlantik.

Setelah menganalisis data satelit selama 19 tahun, para peneliti di University of South Florida menemukan bahwa sejak 2011 sargassum muncul setiap tahun dan semakin besar ukurannya.

"Tahun 2011 adalah titik kritis. Sebelumnya kami tidak melihat banyak sargassum. Setelah itu kami melihat tanaman sargassum besar yang berulang kali mekar di Atlantik tengah," kata Mengqiu Wang dari University of South Florida, salah satu tim yang menemukan mekarnya sargassum di Atlantik pada tahun 2018.

Ia mengatakan tanaman itu mekar paling banyak pada bulan Juni dan Juli.

Peneliti lain, seperti Elizabeth Johns dari Administrasi Kelautan dan Atmosfer Nasional AS, setuju bahwa tahun 2011 adalah titik kritis sargassum di Atlantik.

Peristiwa itu menunjukkan bahwa sargassum kemungkinan besar akan mekar lebih besar lagi di masa depan.

Setelah menganalisis data satelit selama 19 tahun, para peneliti di University of South Florida menemukan bahwa sejak 2011 sargassum muncul setiap tahun dan semakin besar ukurannya.Getty Image/BBC Setelah menganalisis data satelit selama 19 tahun, para peneliti di University of South Florida menemukan bahwa sejak 2011 sargassum muncul setiap tahun dan semakin besar ukurannya.

Penelitian yang dilakukan dengan kapal Karibia pada musim gugur 2014 mencatat konsentrasi sargassum 10 kali lipat dari peristiwa 2011 dan 300 kali lebih besar daripada yang terjadi pada musim gugur dalam 20 tahun sebelumnya.

Peneliti itu dilakukan oleh ilmuwan kelautan Amy Siuda dan rekannya di Sea Education Association, Woods Hole di Massachusetts.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com