"Sehingga akan membangkitkan aurora dengan gradasi warna hijau," ujarnya.
Sementara itu, ada warna lain yang jarang tampak pada fenomena aurora di langit yaitu warna biru dan ungu.
Kedua warna ini tidak terlalu sering terlihat karena hanya akan muncul ketika aktivitas Matahari tinggi, serta terjadi pada ketinggian kurang dari 90 km, saat partikel Matahari bertumbukan dengan nitrogen.
Selain itu, warna merah juga tidak terlalu sering tampak. Nuraeni berkata, kemunculan warna merah disebabkan oleh tumbukan partikel dari Matahari dengan oksigen pada ketinggian di atas 240 km.
Baca juga: Pengamat Amatir Finlandia Temukan Aurora Jenis Baru, Namanya The Dunes
Koordinator Bidang Diseminasi Pusat Sains Antariksa Lapan, Emanuel Sungging mengatakan fenomena cahaya warna-warni cantik yang tampak menari di langit ini tidak pernah terjadi dan tidak bisa dilihat dari Indonesia.
Hal ini dikarenakan, berdasarkan koordinat geomagnetnya, Indonesia terletak di daerah lintang rendah, kecuali ada fenomena sangat ekstrim di Matahari yang melontarkan partikel bermuatan yang sangat kuat.
Selain itu juga, kemungkinan aurora terjadi di Indonesia ketika partikel bermuatan itu menyebabkan gangguan yang bisa mencapai Bumi, dan gangguan yang ditimbulkannya di Bumi sangat besar hingga dapat menjangkau daerah lintang rendah.
Emanuel menjelaskan, fenomena aurora ini dapat terlihat ke daerah lintang rendah, tercatat sampai bisa diamati di Hawaii dan selatan Jepang, terjadi pada tahun 1859 yang dikenal sebagai The Carrington Event.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.