Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

mRNA Pernah Diabaikan hingga Jadi Teknologi Vaksin Terdepan

Kompas.com - 25/11/2020, 08:30 WIB
Dinda Zavira Oktavia ,
Holy Kartika Nurwigati Sumartiningtyas

Tim Redaksi

Sumber STAT News

Bahkan sekarang, saat Moderna dan Pfizer menguji vaksin mereka pada sekitar 74.000 sukarelawan, banyak ahli mempertanyakan apakah teknologinya siap untuk prime time.

“Saya khawatir tentang inovasi dengan mengorbankan kepraktisan,” kata Peter Hotez, dekan National School of Tropical Medicine di Baylor College of Medicine dan otoritas vaksin, baru-baru ini.

Lantas dari mana teknologi mRNA yang kini dijadikan dasar pengembangan vaksin Covid-19 ini pertama kali muncul?

Keteguhan Pfizer dan Moderna yang tetap mengandalkan mRNA untuk vaksin Covid-19, membawa keberhasilan dan mendorong pengakuan terhadap teknologi tersebut.

Baca juga: Penemuan yang Mengubah Dunia: Pulse Oximeter, Teknologi yang Selamatkan Pasien Corona

 

Sebab, sebelum messenger RNA menjadi ide bernilai miliaran dollar Amerika, gagasan ilmiah ini semula dianggap terbelakang. Tiga dekade lalu, seorang ilmuwan yang tak terlalu dikenal menolak untuk berhenti mengembangkan mRNA.

Dia adalah Katalin Kariko, ilmuwan kelahiran Hongaria di balik penemuan kunci mRNA. Penemuannya nyaris memberikan jalan buntu bagi karirnya. Sebab, sepanjang tahun 1990-an, penemuan mRNA yang dikembangkannya terus mendapat banyak penolakan.

Bahkan, karya yang mencoba dikembangkan untuk memanfaatkan kekuatan mRNA dalam melawan penyakit, terlalu dibuat-buat untuk hibah pemerintah hingga pendanaan perusahaan.

Upaya untuk penelitian mRNA hampir membuatnya putus asa, karena hambatan terbesar lainnya adalah persoalan dana. Pada tahun 1995, setelah enam tahun di fakultas di University of Pennsylvania, Karikó diturunkan pangkatnya.

Baca juga: 90 Persen Efektif, Begini Cara Kerja Vaksin Covid-19 Pfizer

 

Padahal saat itu, dia hampir menjadi seorang profesor, tetapi tanpa pendanaan untuk mendukung studinya tentang mRNA, atasannya menilai tak lagi ada harapan untuk melanjutkan proyek tersebut.

“Biasanya, pada saat itu, orang hanya mengucapkan selamat tinggal dan pergi karena itu sangat mengerikan,” kata Karikó.

Tak pantang menyerah, meski baru-baru ini dia diagnosis menderita kanker, namun dedikasinya selama berjam-jam untuk mRNA telah terlewati.

Pada waktunya, eksperimen yang lebih baik itu datang bersamaan. Setelah satu dekade mencoba-coba, Karikó dan kolaborator lamanya di Pennsylvania, Drew Weissman, seorang ahli imunologi dari Universitas Boston menemukan obat untuk memperbaiki kelemahan mRNA's Achilles.

Halaman:
Sumber STAT News
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com