"CT tampak tidak berusaha mengambil mayat anaknya. Namun dia tetap tinggal tak jauh dari anaknya dan tetap waspada," tulis para penulis dalam laporannya.
Para peneliti juga menulis, secara teknis monyet jantan muda (yang berusia 2 tahun) adalah sepupu CT-19 dan betina dewasa adalah saudara si bayi malang.
Sebelum kasus CT-19, tercatat ada delapan kasus kanibalisme pada primata yang terjadi di Amerika Tengah dan Amerika Selatan.
Di antara primata, pada umumnya kasus kanibalisme terjadi bersamaan dengan kasus pembunuhan oleh primata dewasa yang bukan kerabat.
Dalam kasus lain, primata yang memiliki hubungan dekat dapat melakukan kanibalisme jika kematiannya wajar.
Para peneliti menulis, dalam kasus ini ada alasan untuk percaya bahwa CT-19 adalah korban pembunuhan.
"Sebab, segera setelah CT-19 berteriak dan jatuh ke tanah, ada seekor monyet jantan dewasa (PW) lari dikejar dari area yang sama oleh betina dewasa," tulis penulis.
Pengamatan sebelumnya terhadap monyet caphucin menunjukkan bahwa monyer betina sering mengejar pelaku setelah menyaksikan pembunuhan bayi.
Meski para ilmuwan tidak menyaksikan bagaimana atau mengapa CT-19 jatuh, mereka menduga PW jantan dewasa mungkin telah mendorong atau menyerang bayi tersebut.