Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Hasil Awal Uji Coba Vaksin Oxford Astrazeneca, Aman dan Efektif untuk Lansia

Kompas.com - 20/11/2020, 10:10 WIB
Shierine Wangsa Wibawa

Penulis

KOMPAS.com - Tim peneliti Oxford baru saja memublikasikan hasil awal uji coba fase 2/3 vaksin ChAdOx1 nCov-2019 yang menjanjikan di The Lancet.

Dalam laporan tersebut, vaksin buatan Oxford yang akan diproduksi oleh Astrazeneca ini ditemukan dapat menimbulkan respons imunitas pada lebih dari 99 persen partisipan setelah pemberian dosis kedua.

Ini termasuk partisipan lansia berusia 60-an dan 70-an, yang juga merupakan kelompok paling rentan Covid-19.

Respons T-sel, yang bisa menunjukkan kekuatan respons sistem imun, ditemukan memuncak dua minggu setelah dosis pertama vaksin pada seluruh kelompok usia.

Baca juga: Uji Klinik Vaksin Covid-19 Sinovac di Bandung, Bagaimana Perkembangannya?

Data dari 560 partisipan, termasuk kelompok lansia, juga tidak menunjukkan adanya efek samping buruk yang tidak terduga.

Hal ini bisa menjadi pertanda bahwa bahwa vaksin ini bisa ditoleransi oleh semua kelompok usia.

Meski demikian, uji coba vaksin Oxford dan Astrazeneca belum berakhir. Tim peneliti masih mencari tahu apakah vaksin ini efektif mencegah Covid-19 atau tidak, dalam uji coba fase tiga.

Disampaikan oleh Andrew Pollard, profesor imunitas dan kesehatan anak di University of Oxford yang juga direktur dari Grup Vaksin Oxford, hasil dari uji fase tiga akan bisa diketahui dalam hitungan minggu.

Baca juga: BPOM Bisa Keluarkan Izin Penggunaan Darurat Vaksin Covid-19 Januari 2021, Apa Alasannya?

"Kita menjadi semakin dekat dan itu (hasil uji klinis fase tiga) pasti (akan keluar) sebelum natal," ujarnya dalam wawancara dengan program Today BBC Radio 4.

Tentang Vaksin Oxford

Vaksin buatan Oxford yang dinamai ChAdOx1 nCov-2019 dibuat menggunakan virus pilek (adenovirus) simpanse yang telah dilemahkan dan dimodifikasi agar tidak dapat bertumbuh di dalam manusia.

Tim peneliti Oxford memulai pencarian vaksin pada bulan Januari dan berhasil mengembangkannya menjadi ChAdOx1 nCov-2019 dalam waktu tiga bulan.

Uji coba vaksin ini pada manusia pun mulai dilakukan pada bulan April di oxford.

Baca juga: Survei Vaksin Covid-19: Mayoritas Penduduk Indonesia Bersedia Divaksinasi

Dalam uji coba, para partisipan diletakkan dalam kelompok-kelompok untuk diberi satu atau dua dosis vaksin, atau plasebo.

Reaksi sistem imunitas mereka lantas diperiksa pada hari pemberian vaksin, atau satu, dua dan empat minggu setelah pemberian dosis pertama dan kedua.

Fase ketiga dari uji coba yang akan menentukan apakah vaksin ini memang bisa melindungi dari Covid-19 atau tidak, dimulai pada akhir Agustus dan diharapkan dapat selesai sebelum Natal.

Bila dibandingkan dengan vaksin Pfizer dan Moderna yang sudah lebih dulu mengeluarkan hasil awal uji klinis fase tiga, vaksin Oxford ini diprediksi akan lebih mudah diproduksi dan didistribusikan pada skala global karena hanya membutuhkan suhu kulkas biasa.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com