Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Penderita Rematik Terhindar dari Infeksi Covid-19 Parah, Kok Bisa?

Kompas.com - 09/11/2020, 10:04 WIB
Dinda Zavira Oktavia ,
Holy Kartika Nurwigati Sumartiningtyas

Tim Redaksi


KOMPAS.com- Para peneliti di American College of Rheumatology melaporkan temuan unik terkait infeksi Covid-19 pada penderita penyakit rematik.

Hasil studi tersebut disampaikan dalam sebuah pertemuan tahunan ACR Convergence yang merinci bahwa ternyata infeksi Covid-19 yang dialami orang dengan penyakit rematik sangat rendah.

Bahkan, sebagian besar dari mereka dengan penyakit tersebut hanya terinfeksi Covid-19 ringan, tingkat kematian juga rendah pada kelompok pasien ini.

Seperti yang diketahui, Covid-19 adalah penyakit baru yang cukup berbahaya bagi mereka yang memiliki penyakit kormobid atau penyakit penyerta.

Baca juga: Infeksi Covid-19 pada Anak Indonesia Tertinggi di Asia, Apa sebabnya?

 

Sejak menjadi pandemi global, penyakit yang diakibatkan oleh infeksi virus corona baru SARS-CoV-2, tidak ditemukan risiko serius, komplikasi maupun kematian pada pasien yang memiliki penyakit rematik.

Dilansir dari Science Daily, Minggu (8/11/2020), kebanyakan pasien dengan penyakit ini diobati dengan obat penekan kekebalan (imunosupresan) yang semestinya dapat membuat mereka menjadi lebih rentan terhadap infeksi.

Namun, saat awal pandemi, tidak jelas bagaimana orang dengan penyakit rematik yang sedang menjalani terapi imunosupresan tersebut, dapat terpengaruh infeksi Covid-19.

Baca juga: Dinosaurus Juga Bisa Sakit Rematik, Ini Buktinya

 

Dalam sejumlah penelitian awal, bahkan memberi kesan bahwa obat ini dapat memiliki efek perlindungan, tetapi kekhawatiran tetap ada terkait kerentanan populasi pasien ini terhadap infeksi penyakit yang disebabkan oleh virus SARS-CoV-2.

Untuk mempelajari lebih lanjut, para peneliti meninjau secara sistematis studi yang melaporkan hasil infeksi Covid-19 di antara pasien dengan penyakit rematik yang menggunakan terapi biologis dan terarah.

"Ketika pandemi dimulai, ada kekhawatiran apakah terapi kekebalan di antara pasien dengan penyakit rematik dapat dilanjutkan, karena mereka berisiko tinggi terkena infeksi," kata rekan penulis studi tersebut, Akhil Sood, MD, seorang residen penyakit dalam di reumatologi Cabang Medis Universitas Texas di Galveston.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com