Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Kompas.com - 05/11/2020, 19:02 WIB
Dinda Zavira Oktavia ,
Holy Kartika Nurwigati Sumartiningtyas

Tim Redaksi


KOMPAS.com - Untuk memeriksa denyut jantung, jauh sebelum ada alat bernama stetoskop, dokter akan menempelkan telinganya ke dada pasien. Namun, bagaimana jika pasien tersebut adalah perempuan?

Dibalik lahirnya stetoskop ini terdapat kisah unik yang dialami penemunya, René Laennec, seorang dokter Perancis yang pada tahun 1816, kebingungan saat akan memeriksa seorang pasien perempuan yang menderita penyakit jantung.

Wanita muda tersebut memiliki kelebihan berat badan, sehingga Laennec kesulitan untuk memeriksa denyut jantung, sebab cara lain yang harus dilakukan yakni dengan menempelkan telinga di dada pasien.

Laennec merasa enggan untuk meletakkan kepalanya di atas payudara pasien, karena menyangkut kesopanan.

Baca juga: Penemuan yang Mengubah Dunia: Sejarah Termometer Hingga Manfaatnya di Masa Pandemi Covid-19

 

Pada akhirnya, seperti dikutip dari The Guardian, Kamis (5/11/2020), Laennec mencoba menggulung kertas hingga menyerupai tabung dan meletakkan di dada pasien. Ini adalah versi awal stetoskop di masa itu.

Kendati demikian, temuan sederhana ini tak langsung diterima khalayak medis di masa itu. Sebab, beberapa dokter menolak, meski pada akhirnya teknologi ini menjadi simbol ikonik bagi dokter.

Penemuan stetoskop memberikan dokter sebuah solusi untuk mendengarkan tubuh pasien, sehingga dokter tahu apa yang dialami tubuh pasien. Stetoskop yang ditemukan awalnya di kenal dengan nama Stetoskop René Laennec.

Baca juga: Penemuan yang Mengubah Dunia: Aspirin Obat Sakit Kepala Sepanjang Abad

 

Teknologi stetoskop menjadi alat yang sangat penting bagi dunia kedokteran di abad ke 18. Sebab, dengan alat ini diagnostik utama dengan telinga dapat ditegakkan.

Sebelumnya, pada abad kedelapan belas adalah hal yang lumrah untuk mendiagnosis orang dengan surat, bukan secara langsung karena mendengarkan pasien memberi tahu dokter tentang diri mereka dan gejala yang dialami.

Diagnosis dokter dilakukan dengan pemeriksaan denyut nadi, atau pemeriksaan urin. Akan tetapi, alat diagnostik yang paling penting adalah telinga.

Dokter pria umumnya tidak menyentuh pasien pada saat itu, sehingga jika seseorang perlu mengeluarkan darah atau dipotong, seorang ahli bedah dapat melakukan pekerjaan itu.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com