Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

4,4 Miliar Tahun Lalu Air Sudah Ada di Mars Kuno, Ilmuwan Jelaskan

Kompas.com - 03/11/2020, 18:31 WIB
Holy Kartika Nurwigati Sumartiningtyas

Penulis


KOMPAS.com- Ilmuwan kembali menganalisis sepasang meteorit gelap yang diketahui berasal dari planet Mars yang ditemukan di Gurun Sahara beberapa tahun lalu.

Menurut peneliti, meteorit tersebut berasal dari Mars miliaran tahun yang lalu, yang secara rinci mengungkapkan peristiwa tabrakan kuno di planet merah.

Studi yang dikutip dari Science Daily, Selasa (3/11/2020), mineral tertentu dari kerak Mars di meteorit yang teroksidasi, menunjukkan adanya air selama tumbukan yang menciptakan meteorit tersebut.

Penemuan ini kembali mengisi beberap celah pengetahuan tentan peran air dalam pembentukan planet.

Baca juga: Uji Kesuburan Tanah di Mars, Ahli Lakukan Simulasi Bercocok Tanam

 

Asal muasal air di Bumi, Mars dan beberapa benda besar lain seperti bulan, mulai terkuak. Salah satu hipotesis mengatakan bahwa air berasal dari asteroid dan komet pasca pembentukan.

Namun, beberapa ilmuwan planet berpikir bahwa air mungkin hanya salah satu zat yang terjadi secara alami selama pembentukan planet.

Analisis baru terhadap meteorit Mars kuno semakin mendukung hipotesis kedua tentang bagaimana air pernah ada di planet merah tersebut.

Sepasang meteorit yang jatuh di Gurun Sahara beberapa tahun lalu dijuluki NWA 7034 dan NWA 7533, di mana NWA adalah singkatan dari North West Afrika, lokasi ditemukannya meteorit.

Baca juga: Planet Mars Terdekat dari Bumi Malam Ini, Bisa Dilihat Mata Telanjang

 

Sedangkan angka yang tertera pada nama tersebut merujuk pada urutan meteorit secara resmi yang disetujui oleh Meteoritical Society.

Berdasarkan analisis para peneliti, meteorit ini adalah jenis baru dari meteorit Mars dan merupakan campuran dari berbagai fragmen batuan.

Fragmen paling awal terbentuk di Mars pada 4,4 miliar tahun lalu, menjadikannya sebagai meteorit Mars tertua yang pernah diketahui.

Namun, baru-baru ini, meteorit NWA 7533 seberat 50 gram yang diperoleh untuk dianalisis oleh tim peneliti yang dipimpin oleh Profesor Takashi Mikouchi di University of Tokyo, mengungkapkan temuan yang menarik.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com