Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Mengenal Ancaman Virus Corona Sindrom Diare Akut Babi pada Sel Manusia

Kompas.com - 22/10/2020, 13:02 WIB
Gloria Setyvani Putri

Penulis

KOMPAS.com - Awal tahun ini para ilmuwan mengidentifikasi jenis flu babi baru dengan semua ciri penting yang bisa menjadi pandemi virus di masa depan.

Sebelumnya ada temuan bahw avirus yang disebut G4 sangat menular, ahli juga menemukan bahwa 10,4 persen pekerja yang menangani babi memiliki antibodi untuk penyakit tersebut.

Ini menunjukkan bahwa penularan penyakit ke manusia mungkin terjadi. Meski belum ada bukti bahwa virus flu babi G4 dapat menular antar manusia.

Dalam makalah yang terbit di jurnal PNAS, ahli menulis bahwa babi adalah "wadah" penting untuk virus influenza yang berpotensi menginfeksi manusia.

Ini tidak hanya virus flu babi G4, tapi virus yang dapat menyebabkan infeksi lain.

Baca juga: Bisa Jadi Pandemi, Ini 6 Fakta Virus G4 Flu Babi Baru dari China

Oleh karena itu, memantau virus yang muncul pada babi akan memberi peringatan dini yang penting untuk galur yang dapat menjadi pandemi.

Dalam sebuah studi baru dari University of North Carolina di Chapel Hill, para peneliti mengamati lebih dekat virus lain pada babi yang berpotensi menyebar ke manusia.

Virus yang sangat patogen, yang disebut virus corona sindrom diare akut babi (SADS-CoV), pertama kali muncul pada kelelawar sebelum menginfeksi kawanan babi di seluruh China pada tahun 2016.

Tim, yang menerbitkan temuan mereka di jurnal PNAS, menyuntikkan versi sintetis SADS-CoV ke dalam jenis sel yang berbeda di laboratorium.

Hal ini dilakukan untuk menentukan apakah SADS-CoVdapat bereplikasi di sel manusia, termasuk hati manusia, paru-paru, dan sel usus.

"Yang menjadi perhatian, SADS-CoV dapat mereplikasi secara efisien di beberapa jenis sel utama paru-paru manusia, serta sel utama usus manusia," tulis tim seperti dilansir IFL Science, Jumat (16/10/2020).

"Pertumbuhan yang efisien dalam paru-paru manusia primer dan sel-sel usus mengimplikasikan SADS-CoV sebagai patogen virus corona yang muncul dan berisiko lebih tinggi yang dapat berdampak negatif terhadap ekonomi global dan kesehatan manusia."

Virus mereplikasi pada tingkat pertumbuhan yang lebih tinggi dalam sel-sel usus.

Ini tidak seperti SARS-CoV-2, virus penyebab Covid-19, yang terutama menginfeksi sel paru-paru.

Namun, meski perlu pemantauan, virus tersebut belum ditemukan menginfeksi manusia di luar laboratorium.

Tim juga menguji antiviral remdesivir berspektrum luas - yang juga menjanjikan untuk mengobati Covid-19 - dan dalam hasil awal ditemukan secara efisien dapat memblokir replikasi rSADS-CoV secara in vitro.

Baca juga: Demam Babi Afrika, Apakah Berbahaya Bagi Manusia?

"Data yang menjanjikan dengan remdesivir memberikan pilihan pengobatan potensial dalam kasus kejadian limpahan pada manusia," kata Caitlin Edwards, seorang spesialis penelitian dan master mahasiswa kesehatan masyarakat di UNC-Chapel Hill, dalam sebuah pernyataan.

"Kami merekomendasikan bahwa baik pekerja babi dan populasi babi terus dipantau untuk indikasi infeksi SADS-CoV untuk mencegah wabah dan kerugian ekonomi besar-besaran."

Tim tersebut sekarang sedang mencari vaksin potensial untuk virus SADS-CoV untuk melindungi ternak babi.

"Sementara pengawasan dan pemisahan awal babi yang terinfeksi dari induk babi memberikan kesempatan untuk mengurangi wabah yang lebih besar dan potensi penyebaran ke manusia," kata Edwards.

"vaksin mungkin menjadi kunci untuk membatasi penyebaran global dan kejadian kemunculan manusia di masa depan."

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com