Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Dulu Kaya Air, Sapi Laut Purba Pernah Hidup di Gurun Mesir

Kompas.com - 15/10/2020, 16:00 WIB
Monika Novena,
Gloria Setyvani Putri

Tim Redaksi

KOMPAS.com - Penelitian baru mengungkap jika sekitar 40 juta tahun yang lalu, wilayah Mesir merupakan area yang subur dan kaya air dan menjadi habitat bagi kerabat kuno dari manate atau sapi laut.

Mamalia laut kuno yang termasuk dalam ordo Sirenia itu hidup dan berenang di sebuah tempat yang kini telah menjadi gurun yang kering kerontang di Mesir.

Baca juga: Termasuk Mamalia, Paus Berparuh Bisa Tahan Napas Lebih dari 3 Jam

Seperti dikutip dari Live Science, Kamis (15/10/2020) peneliti menemukan sekumpulan fosil yang terdiri atas beberapa tulang belakang, tulang rusuk, dan tulang tungkai pada tahun 2019 di Mesir.

Fosil itu ditemukan dalam batuan tertentu yang dikenal sebagai Formasi Beni Suef.

Meski sebelumnya peneliti pernah menemukan fosil Sirenia, namun temuan kali ini menjadikannya sebagai fosil Sirenia pertama yang berasal dari periode Eosen sekaligus mendukung bukti bahwa Gurun Timur merupakan lingkungan laut dangkal pada saat itu.

"Karena mereka adalah mamalia herbivora mereka mendiami perairan laut pesisir dan lahan basah laut," kata Mohamed Korany Ismail Abdel-Gawad, dosen paleontologi vertebrata di Universitas Kairo.

Menariknya, saat ditemukan terdapat pula tulang tungkai dari mahluk tersebut. Hal ini menunjukkan bukti adanya transisi dari habitat sapi laut.

Seperti halnya ikan paus, nenek moyang mamalia dari ordo Sirenia dulu hidup di darat sebelum pindah ke laut sehingga masih memiliki tungkai depan dan belakang seperti mahluk darat.

Seiring waktu, ordo mamalia laut herbivora ini menjadi sepenuhnya akuatik.

Pada akhir masa Eosen, ordo Sirenia telah memiliki sirip untuk tungkai depan dan telah kehilangan tungkai belakang mereka.

Baca juga: Kelelawar Meksiko Terancam Punah, Studi DNA Bisa Lindungi Mamalia Terbang Ini

Fosil Sirenia yang berasal dari zaman Eosen juga ditemukan di wilayah lain yang kini juga telah berubah daratan kering di Afrika. Termasuk di antaranya Libya, Somalia, Togo, dan Madagaskar.

Penelitian ini dipresentasikan secara daring di konferensi tahunan Society of Vertebrate Paleontology, Selasa (13/10/2020).

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com