Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Diet Rendah Karbohidrat, DEBM hingga Keto, Amankah untuk Turunkan Berat Badan?

Kompas.com - 15/10/2020, 08:05 WIB
Shierine Wangsa Wibawa

Penulis

KOMPAS.com - Pada saat ini, ada begitu banyak jenis diet yang menjanjikan penurunan berat badan maksimal dalam waktu singkat.

Beberapa yang paling populer, seperti DEBM (diet enak, bahagia dan menyenangkan) dan ketogenik atau keto, membatasi asupan karbohidrat dalam sehari.

Pertanyaannya, amankah dan efektifkah diet yang membatasi karbohidrat?

Dijelaskan oleh dr. Juwalita Surapsari, M. Gizi, Sp.GK, dokter spesialis gizi klinik, yang berpraktik di RS Pondok Indah – Pondok Indah, keamanan diet rendah karbohidrat tergantung pada seberapa ketat pembatasan asupan karbohidratnya.

Baca juga: Sains Diet, Bagaimana Makan Lemak Saat Diet Keto Turunkan Berat Badan?

Untuk diketahui, diet rendah karbohidrat dibagi menjadi tiga, yaitu moderate-carbs diet di mana asupan karbohidrat 26-44 persen dari total energi per hari, low-carbs diet (karbohidrat 10-25 persen) dan very low-carbs diet (karbohidrat kurang dari 10 persen).

Nah, diet ketogenik termasuk dalam very low carbohydrate diet karena tidak hanya melarang konsumsi nasi dan serealia utuh (whole grain) saja, tetapi juga sumber karbohidrat lainnya, seperti sayur, buah dan kacang-kacangan.

Sementara itu, diet DEBM memperbolehkan pengikutnya mengonsumsi protein dan sumber lemak, tetapi menyarankan untuk menghindrasi konsumsi karbohidrat dan makanan yang mengandung gula, termasuk semua jenis nasi, tepung, umbi-umbian dan buah yang dianggap bergula tinggi.

Padahal, sayur, buah, serealia utuh (whole grain) dan kacang-kacangan memiliki kemampuan untuk melindungi jantung (kardioprotektif).

Baca juga: Manakah yang Paling Sehat: Diet Keto, Mediterania, atau Vegan?

Sebaliknya, orang yang mengikuti diet sangat rendah karbohidrat biasanya tidak memperhatikan jenis lemak yang mereka konsumsi, sehingga mereka mengonsumsi banyak lemak jenuh dan kolesterol.

Akibatnya, kadar kolesterol LDL (low-density lipoprotein) yang menyumbat pembuluh darah pun naik.

Dokter Juwalita dalam webinar yang diadakan oleh RS Pondok Indah, Rabu (14/10/2020), juga berkata bahwa orang yang menjalani diet ketogenik sering kali kekurangan serat vitamin dan mineral.

Bila dilakukan pada jangka pendek, diet sangat rendah karbohidrat bisa menimbulkan sakit kepala, gangguan konsentrasi, dehidrasi dan konstipasi.

Sementara itu, studi jangka panjang menunjukkan bahwa orang yang menjalani diet sangat rendah karbohidrat memiliki risiko kematian lebih tinggi daripada orang yang menjalani diet moderat karbohidrat dan diet tinggi karbohidrat.

Baca juga: Peneliti Temukan Cara Paling Efektif Menurunkan Berat Badan

"Efektif enggak? Diet rendah karbohidrat dalam 3-6 bulan menurunkan lebih banyak (berat badan dari diet konvensional, tapi ketika diikuti sampai 12 bulan, (hasilnya) tidak terlalu berbeda dari diet konvensional (gizi seimbang)," ujar dr Juwalita.

"Artinya, ketika kita defisit kalori, (itu) sudah cukup untuk menunjang weight loss (penurunan berat badan," imbuhnya lagi.

Namun, bila Anda tetap ingin melakukan diet sangat rendah karbohidrat, lakukanlah dalam jangka pendek saja (3 minggu-6 bulan) untuk menstimulasi penurunan lemak, memperbaiki metabolisme dan membantu transisi ke diet yang lebih seimbang, seperti diet mediterania.

Setelah itu, beralihlah ke diet yang dapat dilakukan selama jangka panjang, menerapkan defisit kalori dan mengutamakan keragaman makanan agar kebutuhan vitamin dan mineral terpenuhi.

Dokter Juwalita juga berpesan untuk mengimbangi diet Anda dengan olahraga yang ebnar agar massa otot terjaga, dan bila perlu berkonsultasi ke dokter untuk mendapatkan perencanaan makanan yang sesuai.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com