Oposisi bulan terjadi manakala kedudukan Bulan berlawanan arah terhadap kedudukan Matahari dilihat dari Bumi, sehingga Bulan akan terlihat sepanjang malam.
Perihal bulan purnama bisa terjadi dua kali dalam sebulan ini, kata dia, ini disebabkan oleh adanya perbedaan durasi kalender Gregorian dan kalender Bulan.
Dalam kalender bulan, basisnya adalah periodi sinodik Bulan.
Ini dimaksudkan sebagai rentang waktu yang dibutuhkan Bulan untuk bergerak dari sebuh titik konjungsi ke titik konjungsi berikutnya yang bersebelahan.
Maka dalam perhitungan kalender Bulan, selisih rata-rata antara dua Bulan purnama yang berurutan adalah 29,5 hari.
Sedangkan, kalender Greogrian atau biasa juga disebut dengan kalender Gregorius merupakan kalender yang paling banyak dipakai di dunia barat dahulunya, yang saat ini dipakai dalam perhitungan bulan masehi di dunia.
Baca juga: Rahasia Alam Semesta: Mengapa Bulan Disebut Satelit Alami?
Nah, periode tropis Matahari ini adalah rentang waktu yang dibutuhkan Matahari untuk bergerak dari sebuah titik Aries (vernal ekuinoks) menuju titik Aries berikutnya.
Derivasinya dalam kalender menghasilkan durasi 365 atau 366 hari (tahun kabisat) dalam satu tahun.
Oleh sebab itu, berbeda dengan kalender Bulan, panjang satu bulan kalender Gregorian atau tarik umum adalah 30-31 hari, kecuali bulan Februari.
"Sehingga setiap 3 tahun sekali terjadi situasi di mana dua Bulan purnama yang berurutan terjadi dalam satu bulan kalender Gregorian yang sama," jelasnya.
Tulis komentar dengan menyertakan tagar #JernihBerkomentar dan #MelihatHarapan di kolom komentar artikel Kompas.com. Menangkan E-Voucher senilai Jutaan Rupiah dan 1 unit Smartphone.
Syarat & Ketentuan