Sarah Cobey, ahli epidemiologi di University of Chicago, mengatakan SARS akhirnya punah berkat kombinasi tindakan penelusuran kontak yang canggih, serta sifat unik dari virus itu sendiri.
SARS adalah salah satu virus mematikan, sebab, saat pasien terinfeksi maka akan mengalami sakit yang parah. Tingkat kematian akibat infeksi virus tersebut sangat tinggi.
Namun, masa inkubasi virus SARS relatif lebih lama, sehingga para tenaga kesehatan memiliki banyak waktu untuk melakukan tracing untuk menemukan siapa saja yang tertular.
Kendati demikian, tanpa upaya global untuk mengeliminasi SARS, dan sifat bawaan dari virus tersebut yang membuatnya lebih mudah dihadapi, hampir dipastikan pandemi itu akan memburuk dan tidak terkendali.
Baca juga: Asal-usul Cacar Terlacak, Pernah Menimpa Orang Viking 1.400 Tahun Lalu
Selain SARS, hanya ada dua virus lain yang didorong ke ambang kepunahan, yakni cacar dan rinderpest, yang menginfeksi hewan ternak.
"Tidak mudah, sangat sulit saat Anda mendapat virus yang telah beradaptasi dengan baik," ungkap Stanley Perlman, ahli mikrobiologi di Universitas Iowa.
Akhir perang dengan kedua virus tersebut telah dilakukan dengan vaksin, yang juga dipastikan akan mengeliminasi polio. Angka kasus polio dikabarkan telah menurun hingga 99 persen sejah tahun 1980-an.
Tampaknya, virus campak juga akan segera menyusul virus polio menuju kepunahan, meski saat ini upaya itu terhambat oleh perang, gerakan antivaksin dan Covid-19.
Baca juga: Ilmuwan Buktikan Pemanasan Global Membuat Virus Sulit Dibunuh
Sayangnya, ada beberapa virus yang sepertinya tidak akan punah, karena manusia bukan satu-satunya inang bagi mereka.
Seperti wabah Ebola, pada manusia telah berakhir beberapa kali. Setidaknya ada 26 wabah di Afrika sejak virus ebola ditemukan pada tahun 1976.
Umumnya, wabah cenderung terjadi ketika virus melompat dari hewan ke manusia lalu menginfeksi atau menular ke manusia yang lain. Biasanya virus melompat dari kelelawar dan selama masih ada hewan ini, virus mungkin akan selalu ada.