KOMPAS.com - Antara 11.000 sampai 5.000 tahun lalu, setelah zaman es berakhir, Gurun Sahara berubah.
Vegetasi hijau tumbuh di atas bukit pasir dan curah hujan yang meningkat mengubah gua-gua gersang menjadi danau.
Dengan luas sekitar 9 juta kilometer persegi, Afrika Utara berubah menjadi hijau. Tak heran banyak satwa seperti kuda nil, antelop, gajah, dan auroch (nenek moyang liar dari ternak peliharaan) menjadikan Sahara sebagai rumah yang nyaman.
Sayangnya, surga yang subur ini telah lama hilang dan kini menjadi gurun panas terbesar di dunia.
Namun, bisakah Gurun Sahara kembali menghijau?
Jawaban singkat yang diberikan peneliti, bisa.
Baca juga: Penuh Lele dan Nila, Ini Bukti Gurun Sahara Tak Setandus Sekarang
Dilansir Live Science, Minggu (27/9/2020), Sahara Hijau (The Green Sahara) juga dikenal sebagai Periode Lembab Afrika. Perubahan Sahara disebabkan oleh rotasi orbit bumi yang terus berubah di sekitar porosnya.
Menurut Kathleen Johnson, seorang profesor sistem Bumi dari University of California Irvine, pola itu berulang setiap 23.000 tahun.
Namun karena sebuah wildcare, yakni emisi gas rumah kaca yang disebabkan manusia dan menyebabkan perubahan iklim tak terkendali, Johnson mengatakan tidak jelas kapan Sahara kembali hijau.
Pergeseran hijau Sahara terjadi karena kemiringan Bumi berubah.
Tulis komentarmu dengan tagar #JernihBerkomentar dan menangkan e-voucher untuk 90 pemenang!
Syarat & KetentuanSegera lengkapi data dirimu untuk ikutan program #JernihBerkomentar.