Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Covid-19 di Indonesia Belum Terkendali, Ini yang Harus Kita Lakukan

Kompas.com - 29/09/2020, 07:00 WIB
Gloria Setyvani Putri

Penulis

KOMPAS.com - Hingga saat ini, pandemi Covid-19 belum dapat dikendalikan. Bukannya menekan, angka harian kasus Covid-19 justru meningkat terus.

Berkaitan dengan kondisi ini, para ahli dari Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia (FKM UI) mengungkap kondisi Covid-19 yang terjadi di Indonesia.

dr. Iwan Ariawan, MSPH selaku dosen departemen Biostatistika dan Kependudukan FKM UI mengatakan, data terakhir pada kurva epidemi berdasarkan onset hingga 24 September 2020, situasi pandemi Covid-19 di Indonesia masih belum menunjukkan tanda-tanda penurunan.

Bahkan dia mengatakan, gelombang pertama masih terus berlangsung dan belum selesai.

Baca juga: WHO Prediksi 2 Juta Kematian Global Sebelum Vaksin Covid-19 Ditemukan

Kurva epidemi Covid-19 di Indonesia dalam paparan dr. Iwan Ariawan, MSPH selaku dosen departemen Biostatistika dan Kependudukan FKM UI.Tangkapan layar YouTube/IT FKMUI Kurva epidemi Covid-19 di Indonesia dalam paparan dr. Iwan Ariawan, MSPH selaku dosen departemen Biostatistika dan Kependudukan FKM UI.

"Cara paling tepat untuk mengendalikan kondisi saat ini adalah dengan melakukan PSBB yang lebih ketat," kata dr Iwan dalam seminar bertajuk Belum Terkendalinya Wabah Covid-19 dan Apa yang Harus Dilakukan? pada Jumat (25/9/2020) secara daring.

Iwan menuturkan, PSBB ketat mampu menurunkan risiko penularan Covid-19 hingga 50 persen.

Namun, pada saat Jakarta berada pada kondisi PSBB transisi, kasus Covid-19 kembali naik.

Hal ini disebabkan oleh perbedaan aktivitas penduduk yang dilakukan saat PSBB ketat dan PSBB transisi.

"Dengan PSBB ketat, tentu kita dapat mengendalikan kasus Covid-19 yang ada di Jakarta meski tetap menunjukkan kasus baru per harinya," ujar dr. Iwan dalam keterangan resmi yang diterima Kompas.com.

Namun dia mengingatkan, PSBB dapat berdampak dan bermanfaat hanya jika masyarakat menerapkan perilaku 3M, yakni mencuci tangan dengan sabun, memakai masker, dan menjaga jarak.

Selain 3M, juga perlu terus dilakukn tes, lacak, dan isolasi (TLI).

"Berdasarkan penelitian, perilaku 3M terbukti dapat mencegah dan menurunkan risiko hingga di atas 50 persen. Dengan catatan, perilaku 3M dilakukan dengan ketentuan dan berdasarkan pedoman yang benar," kata Irwan.

"Sementara itu, tindakan TLI atau Tes, Lacak, dan Isolasi dapat bermanfaat jika dilakukan tak hanya mengejar banyaknya jumlah tes tetapi dengan memperhatikan cara yang benar dan tepat sasaran."

Efek proteksi perilaku pencegahan terhadap risiko terinfeksi Covid-19 dalam paparan dr. Iwan Ariawan, MSPH selaku dosen departemen Biostatistika dan Kependudukan FKM UI.Tangkapan layar YouTube/IT FKMUI Efek proteksi perilaku pencegahan terhadap risiko terinfeksi Covid-19 dalam paparan dr. Iwan Ariawan, MSPH selaku dosen departemen Biostatistika dan Kependudukan FKM UI.

Strategi tepat

Pada kesempatan yang sama, Prof. dr. Ascobat Gani, MPH, Dr. PH yang merupakan Guru Besar Departemen Administrasi dan Kebijakan Kesehatan FKM UI menyatakan bahwa kondisi pandemi Covid-19 di Indonesia masih belum terkendali.

"Strategi umum yang dapat dilakukan dalam menghadapi kondisi pandemi seperti saat ini adalah dengan melakukan 3T, yaitu Testing, Tracing, dan Treatment," kata Prof. Ascobat.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com