Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kisah Viral Gadis 20 Tahun Lumpuh akibat Minum Boba, Ini Kata Dokter

Kompas.com - 28/09/2020, 20:30 WIB
Ellyvon Pranita,
Bestari Kumala Dewi

Tim Redaksi

KOMPAS.com - Mungkin Anda termasuk salah satu penggemar minuman dengan rasa manis dan terbuat dari tepung tapioka yang disebut dengan boba atau bubble?

Namun, hati-hati, mengonsumsi boba atau bubble terlalu banyak dapat menyebabkan penyakit diabetes, yang jika tak segera ditangani bisa berlanjut pada komplikasi, hingga menyebabkan kelumpuhan.

Seperti yang telah diberitakan Kompas.com sebelumnya, seorang wanita asal Bekasi, berinisial R, membagikan pengalaman pribadinya terkait efek samping dari kegemarannya mengonsumsi boba atau bubble.

Baca juga: Kisah Viral Minuman Boba Disebut Bisa Bikin Lumpuh, Begini Kisahnya

Pengalaman pribadi yang dikisahkan oleh R melalui akun media sosial Twitter @dangobulet langsung menjadi sorotan masyarakat karena banyak orang juga menggemari boba.

Saat dikonfirmasi Kompas.com, R mengaku bahwa dalam satu hari dia bisa mengonsumsi dua gelas boba.

Biasanya R mengonsumsi boba tiga sampai empat hari dalam seminggu.

Kebiasaannya ini mulai ia lakukan sejak Desember 2019. Selama mengonsumsi boba, R tidak merasa ada yang aneh pada tubuhnya.

Hingga suatu ketika, perempuan berusia 20 tahun ini merasakan kebas pada kaki. Selama enam hari, rasa kebas pada kakinya tak kunjung hilang. Kakinya kemudian mengalami lumpuh sementara.

R lalu memutuskan untuk memeriksakan kondisinya ke dokter pada Maret 2020, dan didiagnosis Diabetes Melitus tipe-2.

"Dibawa ke dokter umum, bilangnya cuma kekurangan vitamin D. Ternyata masih terasa berkedut, bahkan pas jalan kayak meleyot (layu) gitu kakinya. Akhirnya dibawa ke dokter penyakit dalam dan dicek ternyata sudah DM (diabetes melitus) tipe-2," kata dia.

Baca juga: Racun di Balik Minuman Hits Boba Tea, dari Sembelit hingga Jantung

Namun, benarkah terlalu banyak mengonsumsi boba atau bubble tea bisa menyebabkan diabetes hingga kelumpuhan?

Menjawab persoalan ini, pada Senin (28/9/2020), Kompas.com menghubungi Dokter Spesialis Penyakit Dalam Konsultan Endokrin, Metabolik, dan Diabetes dr Wismandari Wisnu SpPD-KEMP.

Menurut Wismandari, seseorang yang banyak mengonsumsi makanan atau minuman mengandung lemak dan gula maka akan mudah terkena diabetes.

"Tapi, ini bukan proses yang cepat, perlu waktu agar gula darah seseorang bisa naik, kemudian menjadi pra-diabetes dan akhirnya menjadi diabetes," kata dia.

Bahayanya, ketika sudah dalam kondisi diabetes pun, terkadang seseorang belum mengalami gejala, sehingga tidak segera berkonsultasi dengan ke dokter.

Wismandari mengatakan, sering kali pasien datang ke dokter justru karena komplikasi dari diabetes, seperti berikut:

- Serangan jantung

- Stroke

- Gagal ginjal

- Kebutaan

- Luka di kaki yang sukar sembuh

- Kesemutan atau baal (nyeri)

- Impotensi

- Keputihan dan lain-lain

"Atau datang karena infeksi, tapi kemudian didapatkan kadar gula darah yang tinggi," kata dia.

Baca juga: Diabetes Melitus, Kenali Faktor Risiko sampai Gejalanya

Kelumpuhan karena diabetes

Seperti yang terjadi pada R, menurut dia, bukanlah sesuatu yang terjadi secara mendadak.

Kemungkinan gula darah sudah meningkat selama beberapa waktu tanpa disadarinya karena tidak ada gejala apa pun.

"Dan itu sering terjadi (gula darah naik tanpa ada gejala fisik)," jelasnya.

Setelah beberapa lama gula dalam darah meningkat, maka komplikasi mulai terjadi.

Salah satunya adalah komplikasi saraf, bisa saraf perifer berupa kesemutan, baal, atau nyeri yang paling sering terjadi di ujung kaki atau tangan, dan komplikasi berupa stroke yang bisa menyebabkan lumpuh.

"Komplikasi yang juga sering terjadi adalah ke kaki, di mana terjadi kerusakan pada saraf tepi dan juga aliran darah, sehingga jika terjadi luka sukar untuk sembuh, kemudian bisa diamputasi," ujarnya.

Baca juga: Gadis di China Tewas Tersedak Boba Tea, Kok Bisa Bikin Sulit Napas?

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.



Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com