Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Demi Kesehatan Mana yang Lebih Penting, Pola Makan atau Berat Badan?

Kompas.com - 26/09/2020, 12:02 WIB
Gloria Setyvani Putri

Editor

KOMPAS.com - Dalam hal memprediksi risiko kesehatan, mana yang lebih penting: apa yang Anda makan atau berapa berat Anda?

Sepertinya jawabannya adalah apa yang kita makan, jika mengacu pada sebuah penelitian baru di Swedia yang diterbitkan di PLOS Medicine pekan lalu.

Peneliti dari Universitas Uppsala mengikuti 79.000 orang dalam studi selama 20 tahun untuk mengamati hubungan antara indeks massa tubuh (BMI), kepatuhan pada diet gaya Mediterania, dan risiko kematian.

Hasilnya, mereka yang mengikuti pola makan ala Mediterania tetapi masuk dalam kategori "kelebihan berat badan" memiliki risiko kematian yang paling rendah.

Baca juga: 7 Trik Turunkan Berat Badan Tanpa Diet

Dan mereka yang termasuk dalam kategori "obesitas" juga tidak memiliki risiko kematian yang lebih tinggi dibandingkan mereka yang dianggap memiliki BMI "normal".

Sebaliknya, orang-orang dalam kategori berat badan "normal" tapi tidak mengikuti diet Mediterania memiliki risiko kematian lebih tinggi ketimbang orang dengan berat badan berapa pun yang mengikuti diet tersebut.

"Satu-satunya temuan terpenting dalam pikiran saya adalah diet Mediterania tampaknya mengkompensasi efek negatif BMI [tinggi] pada umur yang panjang," kata Karl Michaelsson, pemimpin penelitian.

Lalu apakah itu pola makan gaya Mediterania? Singkatnya adalah perpaduan buah dan sayuran, polong-polongan dan kacang-kacangan, biji-bijian berserat tinggi, produk susu fermentasi, ikan dan minyak zaitun.

Orang-orang yang digolongkan mengikuti diet ini juga meminimalkan konsumsi daging merah dan alkohol.

Studi ini menambah bukti tentang diet dan BMI

Mungkin secara tidak sadar kita hanya menilai kesehatan seseorang berdasarkan ukuran tubuh mereka, padahal kesimpulan penelitian ini adalah indeks massa tubuh atau BMI seharusnya bukan jadi ukuran kesehatan, menurut ahli diet Australia Fiona Willer.

"Saya pikir kita benar-benar perlu mengalihkan fokus kita dari BMI sebagai ukuran untuk mengatur segalanya," kata Fiona, yang meneliti sikap terhadap berat badan dan diet dalam studi doktoralnya.

Ilustrasi makanan bergizi seimbangShutterstock Ilustrasi makanan bergizi seimbang

"Benar-benar tidak baik untuk masyarakat dan benar-benar merusak ketika seseorang pergi ke penyedia layanan kesehatan dan mereka dinilai berdasarkan ukuran tubuh mereka, bukannya soal perilaku kesehatan mereka sebenarnya."

Menurut Profesor Karl Michaelsson, penelitian tersebut menunjukkan kita terlalu fokus pada ukuran tubuh dengan mengorbankan apa yang kita masukkan ke dalam tubuh kita.

"Hasil penelitian kami menunjukkan diet yang sehat adalah ukuran yang baik [dalam hal risiko kesehatan], terlepas dari postur badan Anda."

Tetapi kenyataannya, kebanyakan orang tidak mengikuti pedoman diet, terlepas dari kategori BMI mereka, kata Fiona.

"Kami hanya memiliki sebagian kecil orang yang makan sesuai pedoman diet pada tiap kategori BMI," katanya.

"Tentu saja jika Anda mencoba untuk memprediksi kebiasaan makan seseorang dari BMI mereka, tapi Anda akan lebih sering salah."

Baca juga: Daftar Makanan yang Membantu Menjaga Kesehatan Paru-paru

Jadikan makanan sehat lebih mudah didapat

Menjawab pertanyaan mengapa diet gaya Mediterania tampaknya begitu bermanfaat bagi kesehatan, Profesor Karl menganggapnya karena asupan yang masuk dari pola makan tersebut menurunkan peradangan dan oksidatif.

"Waktu akan menjawab apakah jenis makanan sehat lainnya akan memiliki efek yang sama."

Fiona mengatakan studi seperti ini mendorong para praktisi kesehatan untuk mempromosikan diet sehat untuk semua orang, terlepas dari berat badan mereka, dan memastikan makanan berkualitas tersedia secara luas.

"Tidak ada gunanya orang dalam kisaran berat badan yang sehat untuk percaya bahwa tidak akan ada bedanya jika mereka mengubah pola diet ke gaya Mediterania, misalnya," katanya.

"Kita benar-benar harus berfokus pada bagaimana membuat pola makan yang mengikuti pola makan ini lebih mudah diakses oleh banyak orang."

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com