"Setelah saya swab PCR, hasilnya negatif (Covid-19). Artinya, yang menjadi hasil benar adalah dengan tes PCR," jelas dr Siswanto.
Dr Siswanto mengimbau kepada masyarakat agar memahami dengan baik hasil tes Covid-19 pada alat rapid test.
Pasalnya, seseorang yang melakukan rapid test setelah merasa kontak dengan orang yang terkonfirmasi positif Covid-19 jangan terburu-buru menyimpulkan hasil dari tes tersebut.
"Kalau hasil rapid test, reagennya reaktif, jangan sedih dulu, karena belum tentu juga positif Covid-19. Reaktif justru bagus, karena artinya tubuh sudah terbentuk antibodi," kata dr Siswanto.
Baca juga: Reaktif Rapid Test Covid-19 Pengungsi Kebakaran Tanjung Priok Diam, Ahli Jelaskan Risikonya
Lebih lanjut, dr Siswanto menerangkan, reagen reaktif pada tes cepat bisa saja menandai kemungkinan memang ada jenis virus lain yang menginfeksi tubuh, tetapi belum tentu virus SARS-CoV-2 pada Covid-19.
"Tapi, kalau hasil rapid test non-reaktif, tetapi PCR-nya positif, berarti terpapar dan antibodi belum terbentuk. Jadi itu yang dimaksud dengan hasil false rapid test," jelas dr Siswanto.
Rapid test Covid-19, kata dr Siswanto, tetap direkomendasikan dan dibenarkan sebagai screening potensi infeksi virus corona. Akan tetapi, tetap harus dipastikan hasilnya dengan menggunakan tes PCR.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.