Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
BRIN
Badan Riset dan Inovasi Nasional

Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) adalah lembaga pemerintah yang berada di bawah dan bertanggung jawab langsung kepada Presiden Republik Indonesia. BRIN memiliki tugas menjalankan penelitian, pengembangan, pengkajian, dan penerapan, serta invensi dan inovasi yang terintegrasi.

Mandiri Dalam Riset Covid-19

Kompas.com - 21/09/2020, 17:07 WIB
Anda bisa menjadi kolumnis !
Kriteria (salah satu): akademisi, pekerja profesional atau praktisi di bidangnya, pengamat atau pemerhati isu-isu strategis, ahli/pakar di bidang tertentu, budayawan/seniman, aktivis organisasi nonpemerintah, tokoh masyarakat, pekerja di institusi pemerintah maupun swasta, mahasiswa S2 dan S3. Cara daftar baca di sini

Oleh Kurnia Wiji Prasetiyo, M.Si

PADA akhir Desember 2019, dunia dikejutkan oleh munculnya wabah penyakit akibat virus corona yang dikenal dengan Covid-19. Beberapa berita menulis bahwa wabah Covid-19 berawal dari Kota Wuhan Propinsi Hubei, China, sekitar Desember 2019 dan terus meluas ke hampir semua negara di dunia.

Tercatat, sekitar 216 negara di dunia terkena pandemi Covid-19. Data dari Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) sampai awal September 2020 juga menunjukkan bahwa ada sekitar 25 juta orang yang terkonfirmasi terinfeksi Covid-19 dan 850.000 di antaranya meninggal dunia.

Khusus di Indonesia, seperti yang dilaporkan oleh Satuan Tugas Penanganan Covid-19, tercatat ada sekitar 180.646 kasus yang terkonfirmasi terpapar Covid-19; 129.971 pasien sembuh dan 7.616 meninggal. Angka-angka ini terindikasi terus naik.

Tersebarnya pandemi Covid-19 yang begitu cepat melintasi berbagai wilayah tanpa melihat suku, agama, ras dan golongan begitu menghentakkan dunia. Tatanan dunia yang ada sebelum muncul pandemi Covid-19 seketika runtuh dan berantakan.

Masyarakat yang sebelumnya begitu mudah saling berinteraksi, transaksi, beribadah dan beraktivitas secara normal dan alamiah menjadi berubah mengikuti protokol kesehatan tertentu guna mengurangi penyebaran serta infeksi Covid-19.

Pandemi Covid-19 berdampak krisis pada berbagai sektor, dari kesehatan hingga ekonomi. Beberapa kebijakan yang diterapkan selama pandemi, seperti Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB) di Indonesia, cukup membuat masyarakat hidup dalam ketidaknyamanan.

Hasil survei Saiful Mujani Research and Consulting (SMRC) pada tanggal 18-20 Juni 2020 melaporkan bahwa mayoritas warga atau sekitar 71 persennya merasa kondisi ekonomi rumah tangganya sekarang lebih buruk atau jauh lebih buruk dibanding sebelum ada wabah pandemi Covid-19. Sekitar 85 persen juga  merasa keadaan ekonomi nasional sekarang lebih buruk dibanding tahun lalu.

Dalam upaya berjuang melawan pandemi Covid-19, para ahli dari berbagai negara di dunia berupaya melakukan banyak kajian, riset atau penelitian ilmiah tentang virus ini. Riset Covid-19 dilakukan baik untuk pencegahan sebelum maupun sesudah terinfeksi Covid-19 serta pendukungnya sehingga menjadi riset yang komprehensif.

WHO menyebutkan bahwa penelitian untuk memproduksi vaksin virus ini masih terus berlangsung. Hingga kini sudah ada 100-an lebih kandidat vaksin sedang diteliti dan diuji di berbagai negara.

Melihat jumlah penduduk Indonesia yang banyak tentu kebutuhan vaksin corona juga akan besar. Untuk vaksinasi terhadap 100 juta penduduk Indonesia saja, dibutuhkan 200 juta ampul untuk dua kali suntikan vaksin.

Kondisi seperti inilah yang harusnya menjadi kesadaran kolektif seluruh komponen bangsa akan pentingnya sinergi dalam penanggulangan pandemi Covid-19 dari hulu sampai hilir yang mampu menciptakan kemandirian bangsa.

Pemerintah dan masyarakat harus sadar bahwa jangan sampai Indonesia menjadi penonton dalam perlombaan riset Covid-19 sehingga hanya menjadi pangsa pasar dari produk negara lain untuk penanggulangan Covid-19 seperti vaksin corona, bahan untuk rapid test dan polymerase chain reaction (PCR), alat pelindung diri (APD) serta alat kesehatan lainnya.

Dalam Poin Kesatu Keputusan Presiden Nomor 12 Tahun 2020 tentang Penetapan Bencana Non Alam Penyebaran Corona Virus Disease 2019 (Covid-19) Sebagai Bencana Nasional dan merujuk pada Pasal 82 Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan yang mengatur soal pelayanan kesehatan pada waktu bencana; maka pemerintah pusat, pemerintah daerah, dan masyarakat bertanggung jawab atas ketersediaan sumber daya, fasilitas, dan pelaksanaan pelayanan kesehatan secara menyeluruh dan berkesinambungan pada bencana.

Pemerintah menjamin pembiayaan pelayanan kesehatan yang bersumber dari anggaran pendapatan dan belanja negara, anggaran pendapatan dan belanja daerah, atau bantuan masyarakat sesuai peraturan perundang-undangan.

Adapun menurut UU No 24 Tahun 2007, penanggulangan bencana bertujuan untuk memberikan perlindungan kepada masyarakat dari ancaman bencana, menyelaraskan peraturan perundang-undangan yang sudah ada, menjamin terselenggaranya penanggulangan bencana secara terencana, terpadu, terkoordinasi dan menyeluruh.

Tentu memerlukan kerja keras, cerdas dan saling bersinergi untuk mewujudkan hal tersebut di atas.

Integrasi riset

Bencana seperti pandemi Covid-19 menyebabkan timbulnya korban jiwa manusia, kerugian harta benda dan dampak psikologis yang dalam keadaan tertentu dapat menghambat pembangunan nasional. Cukup banyak negara di dunia yang mengalami resesi ekonomi sebagai dampak dari pandemi ini.

Penanggulangan pandemi Covid-19 harus bisa dikemas baik sehingga bisa menjadi sarana edukasi ke masyarakat untuk lebih paham akan pentingnya tanggap bencana meskipun kondisi sekarang banyak menyebut sebagai adaptasi kebiasaan baru menuju masyarakat tangguh bencana.

Di tengah perlombaan riset Covid-19 di dunia, tentu diperlukan langkah baru dan tepat yang bisa mengintegrasikan riset penanggulangan Covid-19 sehingga mampu mewujudkan kemandirian bangsa.

Pemerintah telah memasukkan Riset Kebencanaan dan Kesehatan menjadi salah satu fokus yang tertuang dalam Prioritas Riset Nasional Tahun 2020-2024. Bahkan, pemerintah melalui Kementerian Riset dan Teknologi/Badan Riset Inovasi Nasional (Kemenristek/BRIN) menjelaskan bahwa pandemi Covid-19 membawa dunia riset Indonesia makin maju.

Pemerintah sendiri telah membentuk konsorsium untuk menangani Covid-19. Konsorsium yang beranggotakan lembaga penelitian di bawah koordinasi Kemenristek/BRIN seperti LIPI, beberapa perguruan tinggi (PT), Penelitian dan Pengambangan (Litbang) Kementerian Kesehatan serta melibatkan dunia usaha baik swasta maupun BUMN mempunyai fokus membantu mencegah, mendeteksi cepat Covid-19 melalui riset dan inovasi seperti vaksin, suplemen, pengobatan, alat kesehatan dan teknologi kesehatan.

Integrasi riset Covid-19 bisa dilakukan dari riset hulu sampai hilir dengan melibatkan berbagai pihak terkait. Indonesia sebagai negara dengan tingkat keragaman hayati sangat tinggi tentu memiliki potensi besar dalam penanggulangan pandemi Covid-19.

Peluang ini sudah dimanfaatkan oleh beberapa peneliti Indonesia untuk menemukan vaksin anti Covid-19 maupun alat pencegah penularan virus ini. Tanaman herbal yang juga dikenal sebagai bahan jamu sudah dikenal luas dan dikonsumsi oleh masyarakat.

Peneliti di LIPI juga telah melakukan riset tanaman herbal seperti jahe merah, meniran, jamur cordyceps, sambiloto, daun sembung dan beberapa hebal lainnya untuk diekstrasi guna menghasilkan senyawa aktif sebagai immunomodulator Covid-19. Ekstrak ini sifatnya mengobati dan meningkatkan sistem imunitas tubuh untuk melawan infeksi virus.

Peneliti LIPI juga mengembangkan riset buah jambu biji merah yang diproses menjadi minuman suplemen daya tahan tubuh. Jambu biji yang terfermentasi kultur konsorsium bakteri dan khamir kemudian diformulasi agar dapat meningkatkan imunitas tubuh melawan virus.

Dalam riset pencegahan penularan virus, telah dikembangkan masker kain disinfektor berbasis lapisan tembaga sebagai anti Covid-19. Masker disinfektor ini dirancang dengan metode sederhana dan biaya terjangkau, serta menggunakan bahan baku yang mudah didapat di dalam negeri, sehingga dapat difabrikasi secara cepat dan praktis.

Riset untuk Covid-19 juga telah cukup banyak dilakukan oleh peneliti di lembaga litbang dan perguruan tinggi di Indonesia yang memanfaatkan potensi tanaman dan mikroba dari negeri sendiri.

Beberapa hasil penelitian yang disebutkan di atas berbasis untuk penyembuhan akibat Covid-19. Diperlukan juga riset bagi pasien Covid-19 yang meninggal dunia yaitu penyedian kantung jenazah yang aman dan ramah lingkungan untuk pencegahan penyebaran virus.

Ini menjadi hal penting karena kantung jenazah yang banyak digunakan masih dominan dengan bahan tidak ramah lingkungan berbasis polimer plastik dan bahan sintetis lainnya. Hal ini sering luput dari pengamatan. Penggunaan bahan tersebut cenderung tidak ramah lingkungan dan cukup mahal harganya.

Hal ini memacu berkembangnya inovasi teknologi dalam konsep kantung jenazah, baik untuk menekan biaya produksi, investasi, maupun menjadikan kantung jenazah lebih bersahabat terhadap lingkungan. Inovasi dilakukan dengan penggantian material untuk kantung jenazah yang umumnya berbahan sintetis menjadi berbahan dasar alam dan ramah lingkungan.

Inovasi dan integritas

Saat ini, kantong jenazah menggunakan bahan berdasarkan standar BNPB (Badan Nasional Penanggulangan Bencana), yaitu tarpaulin PVC anti bakteri dengan tebal 0,50 mm dan berat 500 gsm/m2.

Kantong jenis ini sulit terurai oleh mikroorganisme di tanah karena rantai karbonnya yang panjang. Karena itu kantong jenazah yang kuat, tidak tembus cairan dan biodegradabel menjadi kebutuhan yang sangat mendesak dan penting.

Sementara itu, Indonesia mempunyai kekayaan alam hayati yang dapat diolah menjadi biopolimer sebagai bahan baku bioplastik. Bioplastik berbahan dasar pati ubi kayu dengan penambahan poli vinil alkohol, gliserol, selulosa asetat, dan asam sitrat merupakan alternatif penyelesaian masalah dari keterbatasan kantong jenazah yang biodegradabel, kuat dan tahan air.

Riset penggantian material kantung jenazah berbahan selulosa dari pati ubi kayu mulai diinisiasi oleh Dr. Firda Aulya Syamani dan tim dari Pusat Penelitian Biomaterial LIPI yang nantinya dicampur dengan bahan alam lainnya.

Potensi produksi ubi kayu di Indonesia sekira 20 juta ton/tahun. Ini adalah peluang besar dalam inovasi pemanfaatan bahan alam berbasis industri sebagai material penyusun kantung jenazah ramah lingkungan dan murah.

Riset Covid-19 harus memperhatikan banyak hal karena penelitiannya berkaitan erat dengan obyek manusia dan berkejaran dengan waktu. Jangan sampai pada saat pemerintah yang sedang melakukan uji klinis untuk calon vaksin anti Covid-19 produksi Sinovac, China; riset Covid-19 yang dilakukan oleh peneliti Indonesia menjadi terhenti dan terabaikan.

Beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam melakukan riset Covid-19 antara lain:

  • perhatian pada institusi penelitian lokal,
  • memperhatikan keterbatasan dari komite etik lokal yang mungkin secara saintifik kapasitasnya terbatas,
  • riset yang dikerjakan harus bisa berkontribusi terhadap upaya penanggulangan pandemik,
  • metodologi yang benar saat melakukan penelitian, dan
  • menjaga integritas peneliti dan penelitian, termasuk penggunaan metode dan sistematika penelitian yang tepat dan benar.

Riset Kesehatan terintegrasi dengan Riset Kebencanaan diwujudkan dalam penguatan riset Covid-19 menjadi sarana edukasi kepada masyarakat menuju kemandirian bangsa. Pemanfaatan semua potensi keanekaragaman hayati Indonesia melalui riset para peneliti Indonesia diharapkan mampu mempercepat berakhirnya pandemi Covid-19.

Seperti yang sudah dilakukan oleh Lembaga Biologi Molekuler Eijkman bersama Kemenristek, Kementerian Kesehatan, dan Kementeriam BUMN dalam penelitian pengembangan vaksin Covid-19 Merah Putih yang memasuki uji klinis. Kemandirian vaksin dan alat pendukung lainnya dibutuhkan dalam penanggulan pandemi Covid-19 ini bisa dicapai karena produksi juga di Indonesia.

Asa kemandirian bangsa dan kebangkitan teknologi nasional menjadi semakin terbuka lebar. Di sinilah peran utama pemerintah sebagi pemegang kebijakan akhir dalam menentukan apakah berpihak pada hasil riset anak negeri atau kalah oleh tekanan kepentingan ekonomi global.

Sinergi antara inovasi teknologi dalam riset kesehatan dan lingkungan untuk membangun dan mewujudkan masyarakat yang sehat, tangguh dan berkelanjutan dengan prinsip memenuhi kebutuhan sekarang melalui pembangunan tanpa mengorbankan pemenuhan kebutuhan generasi masa depan.

Kurnia Wiji Prasetiyo, M.Si

Peneliti di Pusat Penelitian Biomaterial LIPI

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com