Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Tekan DBD hingga 77 Persen, Berapa Kebutuhan Nyamuk Ber-Wolbachia?

Kompas.com - 14/09/2020, 12:00 WIB
Gloria Setyvani Putri

Penulis

KOMPAS.com - Bakteri Wolbachia pipientis yang dimasukkan ke dalam nyamuk Aedes aegypti berhasil menekan angka kasus infeksi demam berdarah dengue (DBD) hingga 77 persen. Temuan ini menjadi harapan bagi upaya eliminasi DBD di Tanah Air.

Proyek World Mosquito Program (WMP) Yogyakarta telah dilakukan sejak 2011.

Menurut peneliti utama WMPY, Prof. dr. Adi Utarini, M.Sc., M.P.H., Ph.D, penelitian dengan teknologi Wolbachia oleh WMP telah dilakukan di 12 negara, dengan pelepasan nyamuk yang sampai saat ini telah dilakukan di 6 negara, termasuk Indonesia.

"Di Indonesia, riset ini baru dilakukan di Yogyakarta menggunakan desain penelitian Randomized Controlled Trial yang merupakan standar ilmiah yang terbaik secara internasional," kata akademisi yang akrab disapa Uut dalam jawaban tertulis untuk Kompas.com.

Seperti diberitakan sebelumnya, nyamuk ber-Wolbachia awalnya hanya dilepaskan di Sleman dan Bantul, Yogyakarta dalam skala terbatas.

Baca juga: Sukses Tekan DBD 77 Persen, Pelepasan Nyamuk Ber-Wolbachia Diperluas

Kemudian pada 2017, nyamuk A. aegypti yang terinfeksi bakteri Wolbachia dilepas dalam skala besar di Yogyakarta dan Bantul.

Riset ini melibatkan 8.200 responden untuk melihat efektivitas nyamuk ber-Wolbachia.

Pelepasan nyamuk ini dilakukan secara bertahap selama delapan bulan.

Saat populasi nyamuk dengan Wolbachia sudah dianggap tinggi, tim memantau kasus DBD di area tersebut pada Februari 2019 hingga Maret 2020.

Hasilnya, selama 27 bulan riset dilakukan terjadi penurunan 77 persen kejadian dengue di wilayah yang mendapat nyamuk DBD dengan bakteri Walbachia.

Jumlah populasi nyamuk ber-Wolbachia

Lantas, berapa banyak jumlah populasi nyamuk ber-Walbachia yang dianggap tinggi hingga dianggap dapat menekan angka DBD?

Warsito Tantowijoyo, Ph.D selaku Entomology Team Leader dari WMP Yogyakarta menjelaskan, untuk menjamin agar nyamuk yang dilepaskan tersebut selanjutnya dapat berkembang biak secara berkelanjutan, maka terdapat threshold level yang menggambarkan proporsi nyamuk di habitat alam yang telah ber-Wolbachia.

"Pada masa penelitian, WMP Yogyakarta menetapkan threshold level 60 persen yang stabil selama 3 kali pengamatan secara berturutan," kata Warsito dalam jawaban tertulis kepada Kompas.com.

Dia melanjutkan, setelah threshold level tersebut tercapai, tidak perlu melakukan pelepasan nyamuk lagi.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com