Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Sukses Tekan DBD 77 Persen, Pelepasan Nyamuk Ber-Wolbachia Diperluas

Kompas.com - 12/09/2020, 13:02 WIB
Gloria Setyvani Putri

Penulis

KOMPAS.com - Bakteri Wolbachia pipientis yang dimasukkan ke dalam nyamuk Aedes aegypti berhasil menekan angka kasus infeksi demam berdarah dengue (DBD) hingga 77 persen. Temuan ini menjadi harapan bagi upaya eliminasi DBD di Tanah Air.

Proyek World Mosquito Program (WMP) Yogyakarta telah dilakukan sejak 2011.

Menurut peneliti utama WMPY, Prof. dr. Adi Utarini, M.Sc., M.P.H., Ph.D, penelitian dengan teknologi Wolbachia oleh WMP telah dilakukan di 12 negara, dengan pelepasan nyamuk yang sampai saat ini telah dilakukan di 6 negara, termasuk Indonesia.

"Di Indonesia, riset ini baru dilakukan di Yogyakarta menggunakan desain penelitian Randomized Controlled Trial yang merupakan standar ilmiah yang terbaik secara internasional," kata akademisi yang akrab disapa Uut dalam jawaban tertulis untuk Kompas.com.

Baca juga: Bakteri Wolbachia Sukses Tekan DBD, Bisakah Diterapkan di Seluruh Indonesia?

Seperti diberitakan sebelumnya, nyamuk ber-Wolbachia awalnya hanya dilepaskan di Sleman dan Bantul, Yogyakarta dalam skala terbatas.

Kemudian pada 2017, nyamuk A. aegypti yang terinfeksi bakteri Wolbachia dilepas dalam skala besar di Yogyakarta dan Bantul.

Riset ini melibatkan 8.200 responden ntuk melihat efektivitas nyamuk ber-Wolbachia.

Pelepasan nyamuk ini dilakukan secara bertahap selama delapan bulan.

Saat populasi nyamuk dengan Wolbachia dianggap tinggi, tim memantau kasus DBD di area tersebut pada Februari 2019 hingga Maret 2020.

Hasilnya, selama 27 bulan riset dilakukan terjadi penurunan 77 persen kejadian dengue di wilayah yang mendapat nyamuk DBD dengan bakteri Walbachia.

Dengan hasil trial yang menunjukkan penurunan 77 persen kasus dengue pada wilayah dengan nyamuk Aedes aegypti ber-Wolbachia, saat ini WMP Yogyakarta bekerja sama dengan Pemerintah Kota Yogyakarta sedang memperluas manfaat Wolbachia di wilayah pembanding.

Wilayah pembanding yaitu wilayah penelitian yang belum dilepasi nyamuk ber-Wolbachia di Kota Yogyakarta.

"Selanjutnya kami berencana memperluas manfaat Wolbachia di kabupaten prioritas lainnya di DIY, yaitu di Kabupaten Sleman dan Bantul," kata Uut.

"Secara bertahap, kami berharap metode Wolbachia dapat diterapkan di daerah prioritas lainnya di Indonesia sebagai metode pelengkap untuk pengendalian demam berdarah," imbuhnya.

Jika dilepaskan di wilayah lain, apa akan menunjukkan hasil serupa?

Pakar entomologi Warsito Tantowijoyo yang terlibat dalam riset ini mengatakan bahwa iklim merupakan hal yang penting untuk diperhatikan.

"Namun dari pengalaman kami di Yogyakarta, penyebaran nyamuk akan sama bagusnya baik ketika dilepaskan di musim penghujan maupun kemarau," katanya.

Faktor penting lainnya adalah karakter nyamuk Aedes aegypti, khususnya karakter resistensi terhadap insektisida.

"Kita perlu melakukan survei dasar di masing-masing lokasi target untuk mengembangkan strategi penyebaran nyamuknya agar hasilnya sama efektif dengan yang telah dicapai di Yogyakarta," ujar Warsito.

"Demikian pula kesiapan masyarakat setempat dan dukungan pemerintah daerah juga penting diidentifikasi dalam survei dasar tersebut," imbuhnya.

Selain itu, perbedaan serotipe dengue virus (DENV) yang dominan di suatu daerah mungkin dapat memengaruhi generalisasi hasil penyebaran telur nyamuk ber-Wolbachia terhadap penurunan jumlah kasus DBD di daerah endemik lainnya.

Baca juga: Ahli Minta Masyarakat Waspada DBD di Tengah Pandemi Corona

Namun, dengan penyebaran Wolbachia yang memadai, diharapkan tetap mampu menurunkan jumlah kasus dengue secara keseluruhan yang signifikan di daerah tersebut.

Ahli berkata, hal utama yang perlu diperhatikan dalam penyebaran Wolbachia di tempat lain adalah bahwa perbedaan ekologi, iklim, ketinggian dan kompleksitas lingkungan perkotaan.

Faktor tersebut kemungkinan besar akan memengaruhi karakter perkembangan nyamuk ber-Wolbachia, dan akibatnya terhadap dampaknya pada insidensi kasus DBD.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com