Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Uji Klinik Plasma Konvalesen Covid-19 Dimulai, Bagaimana Prosedurnya?

Kompas.com - 09/09/2020, 18:33 WIB
Ellyvon Pranita,
Shierine Wangsa Wibawa

Tim Redaksi

KOMPAS.com - Uji klinik fase 2-3 plasma konvalesen untuk pasien Covid-19 resmi dimulai pada Selasa (8/9/2020).

Dalam Kick-off Meeting Uji Klinik Pemberian Plasma Konvalesen sebagai Terapi Tambahan Covid-19 melalui kanal Youtube BalitbangkesTV, Selasa (8/9/2020); Wakil Kepala Bidang Penelitian Translasional di Lembaga Biologi Molekuler (LBM) Eijkman, Prof dr David H Muljono SpPD FINSASIM FAASLD PhD, menjelaskan prosedur dari uji klinik ini.

Partisipan uji klinik

Peneliti utama plasma konvalesen dari LBM Eijkman ini berkata bahwa uji klinik dilakukan dengan melibatkan pasien terinfeksi Covid-19 dengan kategori gejala sedang hingga berat. Ini sedikit berbeda dengan pengujian plasma konvalesen di negara lain yang hanya melibatkan pasien dalam kategori kritis.

Pasalnya, pasien yang memang sudah dalam kondisi kritis mungkin tidak akan menunjukkan reaksi yang optimal dari transfusi plasma penyintas Covid-19, sehingga efikasi atau khasiat dari plasma konvalesen menjadi sangat sulit diidentifikasi.

Baca juga: Uji Klinik Terapi Plasma Konvalesen Indonesia Sudah Fase 2-3, Apa Targetnya?

David pun menegaskan bahwa terapi plasma konvalesen ini juga tidak diberikan kepada orang-orang yang sehat ataupun terinfeksi tapi bergejala ringan.

"Ini tidak diberikan dalam konteks untuk prevention (bagi) orang yang belum sakit atau orang yang diduga sakit ringan, karena ini terapi," kata David.

Sementara itu, ada beberapa kriteria ekslusi yang membuat pasien tidak bisa diikutsertakan dalam uji klinik ini, seperti adanya risiko cukup tinggi dari alergi, beban cairan dan penyakit penyerta kronis lainnya.

"Karena ini adalah suatu uji coba, uji klinik, di mana pasien dengan kelainan tersebut belum saatnya untuk kita berikan (terapi plasma konvalesen)," ujar David.

Metode uji klinik

 

Para pasien yang terlibat dalam uji klinik ini akan diberikan 200 mililiter plasma yang diambil secara aferisis dari donor yang sembuh infeksi Covid-19, sebanyak dua kali.

"Sebaiknya memang beberapa kali (pemberian plasma), tapi saya kira dua kali sudah cukup, karena ini kegiatan nasional itu sudah cukup dan akan diharapkan bisa didapatkan data dan bukti evidence yang baik untuk disimpulkan," jelas David.

Baca juga: 4 RS Indonesia Mulai Uji Klinis Terapi Plasma Darah untuk Pasien Corona

Kemudian, pasien akan dipantau selama 28 hari sejak pemberian pertama terapi plasma konvalesen.

Selama 14 hari pertama, pasien yang diberikan terapi plasma konvalesen ini akan tetap dipantau di rumah sakit oleh dokter penanggung jawabnya.

Namun, jika setelah 14 hari keadaan pasien membaik dan dokter penanggung jawab sudah memperbolehkan untuk pulang, maka pasien tersebut diperbolehkan kembali pulang ke rumahnya.

Akan tetapi, pasien harus tetap berhubungan dengan dokter penanggung jawab untuk dapat terus dievaluasi pada hari-hari yang ditentukan.

Pemantauan pasien akan dilakukan secara online dan seluruh data dari uji klinik ini, termasuk pemilihan pasien, akan dimasukkan ke dalam sebuah database online.

"Nah, disitu, kita akan tetap berkala update dan kami harapkan semua dapat mengikuti protokol yang ada dengan baik, dan kalau ada usulan dapat diberikan kepada kita," tutur David.

Dia mengatakan, studi uji klinik terapi plasma konvalesen ini memiliki dua sayap, yaitu menciptakan dan menyediakan plasma yang baik.

"Protokol ini adalah milik kita bersama, kita lakukan bersama. Data yang kita dapat juga milik bersama, dan akan kita manfaatkan bersama-sama untuk kemajuan ilmu pengetahuan, untuk kepentingan klinik dan pasien, dan ingin kita buktikan serta kontribusikan ke nasional maupun internasional," tuturnya.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com