Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

3 Faktor Pemicu Awal Musim Hujan Terjadi Akhir Oktober, Menurut BMKG

Kompas.com - 09/09/2020, 13:06 WIB
Ellyvon Pranita,
Shierine Wangsa Wibawa

Tim Redaksi

KOMPAS.com - Awal musim hujan periode tahun 2020-2021 diprediksi akan mulai terjadi pada akhir Oktober mendatang.

Pernyataan tersebut dikeluarkan oleh Badan Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika (BMKG) berdasarkan hasil pemantauan perkembangan musim kemarau dari bulan Mei hingga akhir Agustus 2020.

Berdasarkan analisis BMKG, perkembangan musim kemarau hingga akhir Agutus 2020 menunjukkan bahwa hampir seluruh wilayah Indonesia yaitu sekitar 87 persen sudah mengalami musim kemarau.

Kepala BMKG, Dwikorita Karnawati menyatakan bahwa pemantauan BMKG hingga akhir Agustus tersebut menemukan beberapa kondisi atmosfer yang menunjang peningkatan curah hujan, di antaranya adalah:

Baca juga: BMKG Prediksi Awal Musim Hujan Indonesia Jatuh di Akhir Oktober

1. Potensi La-Nina

Pada Agustus 2020 lalu, BMKG memantau adanya anomali suhu muka laut pada zona Ekuator di Samudera Pasifik yang menunjukkan adanya potensi La-Nina dengan indeks Nino 3.4= -0,69.

"(Potensi La-Nina ini) yang berpotensi mengakibatkan peningkatan curah hujan di sebagian wilayah Indonesia pada saat musim hujan nanti," kata Dwikorita.

Hal ini disebutkan sejalan dengan prediksi institusi meteorologi dunia lainnya yang menyatakan ada peluang munculnya anomali iklim (La-Nina).

Untuk diketahui, La-Nina berkaitan dengan lebih dinginnya suhu muka laut di Pasifik Ekuator dan lebih panasnya suhu muka laut wilayah Indonesia.

Hal ini akan menambah suplai uap air untuk pertumbuhan awan-awan hujan di wilayah Indonesia dan menghasilkan peningkatan curah hujan.

Baca juga: September Kemarau tapi Masih Berpotensi Hujan, Begini Analisis BMKG

2. Kondisi IOD Negatif

Di Samudera Hindia, pemantauan BMKG terhadap anomali suhu muka laut menunjukkan kondisi Indian Ocean Dipole (IOD) negatif dengan indeks IOD yaitu -0.47.

IOD negatif ini menandakan suhu muka laut di Samudera Hindia sebelah barat Sumatera lebih hangat dibandingkan suhu muka laut Samudera Hindia sebelah timur Afrika.

Hal ini juga menambah suplai uap air untuk pertumbuhan awan hujan di wilayah Indonesia dan menghasilkan peningkatan curha hujan, khususnya untuk wilayah Indonesia bagian barat.

Dwikorita berkata, kondisi IOD negatif ini berpeluang bertahan hingga akhir tahun 2020.

3. Peralihan angin

Deputi Klimatologi BMKG, Drs Herizal, menyampaikan, datangnya musim hujan umumnya berkaitan erat dengan peralihan angin.

Peralihan angin yang dimaksud adalah peralihan Angin timuran yang bertiup dari benua Australia (Monsun Australia) menjadi Angin Baratan yang bertiup dari Benua Asia (Monsun Asia).

"Angin monsun diprediksi akan dimulai dari wilayah Sumatera pada Oktober 2020," kata Herizal.

Setelah dari Sumatera, wilayah terdampak peralihan angin ini adalah Kalimantan, kemudian sebagian wilayah Jawa, Bali, Nusa Tenggara pada November 2020.

Hingga akhirnya, monsun Asia sepenuhnya dominan di wilayah Indonesia pada bulan Desember 2020 hingga Maret 2021.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com