Ada beberapa contoh yang bisa dikemukakan di sini. Kita mendengar adanya pasien Covid-19 yang melarikan diri dari rumah sakit. Lalu di beberapa daerah, ada perampasan jenazah Covid-19 oleh sanak keluarganya. Penduduk juga menolak daerahnya dijadikan tempat pemakaman jenazah pasien covid19.
Kedua, sikap panik pemerintah terhadap hancurnya perekonomian masyarakat dengan menerbitkan kebijakan yang lebih fokus mengatasi memburuknya perekonomian dan mengedepankan herd immunity dari masyarakat dalam memutus penyebaran Covid-19.
Ketiga, alih-alih melakukan tindakan afirmatif untuk mengamankan kesehatan penduduk, pemerintah malah buru-buru mengeluarkan kebijakan menuju normal baru (new normal) yang jelas-jelas mengabaikan pertimbangan kesehatan penduduk dan lebih mementingkan pertumbuhan ekonomi.
Keempat, teladan tidak mematuhi protokol kesehatan yang dilakukan para pejabat dengan mudah ditiru oleh masyarakat. Pada masyarakat paternalistik, seyogyanya para pemimpin berada di baris terdepan memberi contoh mematuhi dengan ketat protokol kesehatan, niscaya masyarakat akan mudah diajak untuk menirunya.
Peran Puskesmas dan aparat daerah (khususnya Kelurahan) yang merupakan lembaga pemerintah paling dekat dengan publik keikutsertaannya terlihat terabaikan.
Common understanding dari berbagai pihak mendorong partisipasi masyarakat dan sikap sungguh-sungguh pemerintah untuk mengatasi Covid-19 merupakan prasyarat yang mendukung enkulturasi kebiasaan baru dari masyarakat dalam mengatasi pandemi Covid-19.
Dr Andy Ahmad Zaelany
Peneliti Puslit Kependudukan LIPI