"Boleh-boleh saja sebagai referensi. Hanya saja, kita juga tahu bahwa saat ini kita (Indonesia) baru mensequencing genome ( virus corona SARS-CoV-2) 30 isolat di Indonesia. Sementara kita sudah (mengonfirmasi) lebih dari 100 ribu kasus. Ya apakah 30-an (isolat) itu mewakili (keseluruhan genom) juga bisa jadi tanda tanya," ujar Ahmad kepada Kompas.com, Senin (31/8/2020).
Dia menyampaikan, ada sekitar 90 ribu genom virus corona yang sudah terdata di GISAID.
Dari seluruh genom tersebut, menunjukkan kelestarian atau kesamaan yang masih tinggi sekitar 99 persen.
"Artinya, vaksin apapun yang sedang dikembangkan, minimal secara teoritis, mestinya bisa saling cross reactive," imbuhnya.
"Namun kita harus lihat hasil fase 3-nya."
Seperti kita tahu, saat ini para ilmuwan sedang melakukan uji klinis fase 3 untuk vaksin dari Sinovac, China di Bandung, Jawa Barat.
Dalam kondisi sekarang ini, Ahmad mengaku khawatir tentang pengujian yang sedang dilangsungkan saat ini.
"Saya khawatir, sebagai ilmuwan, penyakit ini sudah mereda di Bandung kalau pemprov bisa ketat lockdown yang dampaknya tidak ada perbedaan antara kelompok vaksin vs kelompok plasebo," ungkapnya.
Jika tidak ada perbedaan antara kelompok vaksin dan kelompok plasebo, dikhawatirkan hasil uji klinis tidak dapat disimpulkan.
Baca juga: Vaksin Corona Indonesia, Sudah Sampai Mana Pengembangannya?
Kita semua ingin agar penyakit Covid-19 terkendali. Namun di sisi lain, kita masih memerlukan bukti bahwa vaksin yang diterapkan tersebut atau vaksin yang nantinya dipasarkan akan efektif mencegah penularan Covid-19.
"Jadi untuk mengusulkan sebagai kriteria sih sah-sah saja, apalagi kriteria urutan asam amino tersebut ditemukan di beberapa negara seperti di India dan Bangladesh. Namun apakah epitop vaksin yang bukan susuan tersebut dipastikan gagal, itu belum tentu," ungkap Ahmad.
Dia menyampaikan, kita tetap harus menunggu hingga hasil uji klinis fase 3 selesai untuk mengetahui jawabannya.
Ketika nanti hasil uji klinis fase 3 dinyatakan gagal, disampaikan Ahmad, saat itu para ilmuwan baru dapat menarik kesimpulan apakah epitopnya tidak sesuai.
Tulis komentar dengan menyertakan tagar #JernihBerkomentar dan #MelihatHarapan di kolom komentar artikel Kompas.com. Menangkan E-Voucher senilai Jutaan Rupiah dan 1 unit Smartphone.
Syarat & Ketentuan