KOMPAS.com - Dua penelitian terbaru menemukan, sebagian besar penderita lupus dan arthritis atau radang sendi tidak berisiko tinggi dirawat di rumah sakit akibat Covid-19.
Baik lupus dan arthritis, secara umum menyebabkan sistem kekebalan secara keliru menyerang jaringan mereka sendiri. Kondisi ini menyebabkan peradangan di persendian, kulit, ginjal, dan bagian tubuh lainnya.
Mayoritas penderita lupus dan arthritis adalah wanita.
Studi terbaru ini terbit di jurnal Arthritis & Rheumatology dan dipimpin oleh para peneliti di New York University's Grossman School of Medicine.
Baca juga: 6 Fakta Mutasi Virus Corona D614G, Paling Menular dan Dominan di Dunia
Penelitian menemukan bahwa pasien radang sendi yang mengonsumsi obat steroid dibanding obat yang lebih bertarget lebih berisiko memerlukan perawatan rumah sakit.
Namun, tim mengatakan bahwa temuan itu adalah kabar baik secara keseluruhan pasien dengan kondisi ini, yang melaporkan perasaan cemas bahwa perawatan membuat mereka lebih rentan terhadap Covid-19.
Dalam studi pertama, para peneliti memantau kesehatan 226 orang dewasa yang kebanyakan perempuan dan sedang menjalani pengobatan untuk penyakit lupus ringan hingga parah.
Kelompok itu diperiksa antara tanggal 14 April hingga 1 Juni.
24 pasien dirawat di rumah sakit dan 83 dikonfirmasi atau mungkin terinfeksi Covid-19, dan empat orang meninggal.
Para peneliti menemukan, pasien lupus yang memakai obat penekan kekebalan seperti mycophenolate mofetik (CellCept) dan azathioprine (Imuran) sebagian besar tidak mendapat perawatan rawat inap dibanding yang tidak meminumnya.
Dalam studi kedua, para peneliti memantau 103 pasien radang sendi (rheumatoid, psoriatic, dan spondyloarthritis) yang dirawat antara 3 Maret hingga 4 Mei.
Tidak seperti osteoartritis, penyakit ini tidak disebabkan oleh kerusakan sendi.
Semua dinyatakan positif Covid-19 atau kemungknan diduga positif.
27 pasien (26 persen) dirawat di rumah sakit, dengan empat kematian (empat persen).
Dr Ruth Fernandez-Ruiz, yang ikut menulis salah satu makalah, mengatakan bahwa saat para peneliti memulai pekerjaannya, mereka khawatir bahwa perawatan yang dilakukan pasien, serta kerusakan organ yang disebabkan oleh kondisi mereka, akan memperburuk hasil.