Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Mutasi Virus Corona yang Diklaim Lebih Menular, Ada di Indonesia sejak Maret

Kompas.com - 31/08/2020, 08:01 WIB
Gloria Setyvani Putri

Penulis

KOMPAS.com - Pertengahan Agustus lalu, Malaysia mengumumkan telah menemukan mutasi SARS-CoV-2 yang disebut 10 kali lebih menular dibanding jenis dari Wuhan, China. Jenis mutasi ini disebut D614G.

Dilansir New Straits Times, Senin (16/8/2020), D614G menghasilkan lebih banyak salinan virus di saluran pernapasan dan menyebar lebih cepat dibanding jenis lain.

Namun menurut penelitian terbaru yang dilakukan ilmuwan Indonesia, jenis D614G juga ditemukan di Tanah Air.

Kelompok Penelitian Virus Corona dan Formulasi Vaksin dari Professor Nidom Foundation (PNF) menganalisis data sekuens genom virus corona secara menyeluruh yang dimuat di Global Initiative on Sharing All Influenza Data (GISAID).

Baca juga: 3.003 Kasus Baru Covid-19 dalam Sehari di Indonesia, Apa Sudah Puncak?


Tim PNF menemukan, penyebaran virus corona jenis D614G sudah ada sejak awal SARS-CoV-2 ada di Indonesia.

"Mutasi D614G sudah ada sejak awal virus (corona) itu di Indonesia, sejak Maret 2020. Perkiraan saya, sekarang lebih banyak lagi," kata Prof Chairul Anwar Nidom yang merupakan ketua tim riset kepada Kompas.com, Sabtu (29/8/2020).

Hasil analisis tim Professor Nidom Foundation (PNF) terkait mutasi virus corona di Indonesia. Dari data tersebut, jenis virus D614G yang dapat menular 10 kali lebih cepat dibanding jenis lain juga ada di Indonesia sejak Maret 2020.Professor Nidom Foundation (PNF)/Prof Chairul Anwar Nidom Hasil analisis tim Professor Nidom Foundation (PNF) terkait mutasi virus corona di Indonesia. Dari data tersebut, jenis virus D614G yang dapat menular 10 kali lebih cepat dibanding jenis lain juga ada di Indonesia sejak Maret 2020.

Nidom menjelaskan, asam amino yang diberi kotak merah dalam gambar (pada asam amino no 614) merupakan mutasi yang terjadi pada virus Covid-19 Indonesia.

Ada sebagian mutasi yang tetap diberi kode D (asam aspartat), tapi ada juga yang sudah diganti dengan G (glisin).

Dari pengamatan yang dilakukan Nidom dan tim, mutasi virus jenis D614G ada di daerah motif Antibody Dependent Enhancement (ADE).

"Yang menjadi pertanyaan tim PNF saat ini, kenapa mutasi itu terjadi pada daerah motif ADE?" ujar Nidom.

Dikatakan Nidom, ADE merupakan desain atau sistem pertahanan dari sebuah virus ketika menjumpai sebuah antibodi di dalam host.

"Jadi begini, ketika virus (corona) ini mengetahui ada antibodi di dalam tubuh seseorang, maka ADE ini berperan untuk menutup antibodi dan antibodi itu justru akan meningkatkan masuknya virus ke dalam sel," paparnya.

"Jadi antibodi malah diajak kolaborasi dengan virus (corona) itu (agar bisa masuk ke sel)."

Nah, di dalam motif ADE tersebut ada jenis virus corona D614G itu tadi.

"Sekarang sedang kami analisis ke mana arah virus kalau ada mutasi itu," ujarnya.

Kata ahli lain

Sepakat dengan Nidom, Wakil Direktur Lembaga Biologi Molekuler (LBM) Eijkman Herawati Sudoyo pun mengatakan mutasi virus D614G yang menular ada di Indonesia.

Dilansir Reuters, Minggu (30/8/2020), Hera mengatakan bahwa mutasi virus ini ditemukan dalam data sekuensing genom dari sampel yang dikumpulkan oleh LBM Eijkman.

Dia mengatakan, perlu adanya lebih banyak penelitian untuk menyelidiki apakah mutasi ini berperan dalam peningkatan kasus beberapa hari terakhir di Indonesia.

Baca juga: Vaksin Covid-19, Apakah Sudah Sesuai Virus Corona di Indonesia?

Syahrizal Syarif, seorang ahli epidemiologi dari Universitas Indonesia memperingatkan agar masyarakat harus tetap waspada.

Pasalnya, hasil pemodelan yang dilakukan Syarif menunjukkan kasus Covid-19 di Indonesia berpotensi meningkat menjadi 500.000 pada akhir tahun.

"Situasinya serius. Penularan lokal saat ini tidak terkendali," imbuh Syarif.

Dia pun mengingatkan, jumlah infeksi yang dikonfirmasi setiap harinya bisa jauh lebih tinggi jika laboratoriun dapat memproses lebih banyak spesimen dalam sehari.

Kemarin, Jakarta mencatat rekor harian lebih dari 1.000 kasus. Pemerintah kota mengaitkan hal ini dengan tingginya tingkat mobilitas setelah perayaan kemerdekaan 17 Agustus.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.



Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com