Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Kompas.com - 27/08/2020, 19:00 WIB
Gloria Setyvani Putri

Penulis

KOMPAS.com - Bakteri Wolbachia pipientis yang dimasukkan ke dalam nyamuk Aedes aegypti berhasil menekan angka kasus infeksi demam berdarah dengue (DBD) hingga 77 persen. Temuan ini menjadi harapan bagi upaya eliminasi DBD di Tanah Air.

Proyek World Mosquito Program (WMP) Yogyakarta telah dilakukan sejak 2011. Riset ini merupakan bagian rekayasa teknologi bakteri Wolbachia global yang dilakukan di 12 negara.

Berkaitan dengan hasil riset ini, Dr Tedjo Sasmono, Kepala Unit Penelitian Dengue di Eijkman Institute of Molecular Biology mengungkapkan apresiasi atas hasil uji klinis penggunaan nyamuk Aedes ber-Wolbachia untuk menanggulangi DBD.

"Sejauh pengamatan saya, penelitian tersebut sudah dilakukan menurut aturan uji klinis internasional dan data yang didapatkan juga cukup solid dan pasti nantinya akan dipublikasikan di jurnal ilmiah Internasional bereputasi tinggi," kata Tedjo kepada Kompas.com, Kamis (27/8/2020).

Baca juga: 750 Juta Nyamuk Hasil Modifikasi Genetika Bakal Dilepas di Florida

Lantas, apakah bisa diterapkan di wilayah Indonesia lainnya?

Riset nyamuk A. aegypti yang diinfeksi bakteri Wolbachia baru dilakukan di Yogyakarta, khususnya wilayah Sleman, Bantul, dan Kota Yogyakarta.

Tedjo mengatakan, apabila teknologi ini diaplikasikan di daerah lain, hasilnya diprediksi akan sama.

Misalnya di kota lain di pulau Jawa yang mirip dengan Yogyakarta dalam hal iklim dan kondisi geografis.

"Namun memang luasan daerah tersebut juga harus diperhatikan, karena semakin luas daerahnya berarti akan perlu semakin banyak pelepasan nyamuk ber-Wolbachia," terang Tedjo.

Selain itu, Tedjo mengatakan juga perlu adanya keterlibatan masyarakat dan monitoring keefektifan teknologi nyamuk ber-Wolbachia.

Berkaca dari pengalaman di negara lain seperti Australia, Brasil, dan Vietnam, penggunaan teknologi Wolbachia disebut Tedjo terbukti bisa menurunkan kasus dengue.

Di Brasil, kasus DBD turun sebesar 70 persen dan di Vietnam angka kasusnya turun 86 persen.

"Jadi data tersebut juga membuktikan keefektifan teknologi ini untuk menurunkan kasus dengue," katanya.

Petugas Dinas Kesehatan menunjukkan nyamuk saat melakukan kegiatan pemberantasan jentik nyamuk di kawasan kota Temanggung, Jawa Tengah, Rabu (6/2/2019). Kegiatan hasil kerja sama Dinas Kesehatan dengan Pramuka Saka Bhakti Husada tersebut untuk mengantisipasi berkembangnya nyamuk Aedes Aegypti penyebab demam berdarah dengue (DBD) yang mewabah di sejumlah daerah.ANTARA FOTO/ANIS EFIZUDIN Petugas Dinas Kesehatan menunjukkan nyamuk saat melakukan kegiatan pemberantasan jentik nyamuk di kawasan kota Temanggung, Jawa Tengah, Rabu (6/2/2019). Kegiatan hasil kerja sama Dinas Kesehatan dengan Pramuka Saka Bhakti Husada tersebut untuk mengantisipasi berkembangnya nyamuk Aedes Aegypti penyebab demam berdarah dengue (DBD) yang mewabah di sejumlah daerah.

Tedjo berkata, karakteristik nyamuk Aedes aegypti secara umum memiliki sifat yang sama antara satu daerah dengan daerah lainnya.

"Jadi diharapkan juga tidak akan ada perbedaan signifikan dari sifat nyamuknya yang menyebabkan perbedaan hasil," ungkapnya.

Penelitian

Dalam pemberitaan Harian Kompas edisi Kamis (27/8/2020) dengan judul Riset "Wolbachia" Tekan Kasus DBD, ketua proyek WMP Yogyakarta Adi Utarini mengatakan, dalam risetnya tim memasukkan bakteri Wolbachia pipientis ke tubuh nyamuk Aedes aegypti.

Tim awalnya melepaskan nyamuk yang diinfeksi bakteri Wolbachia hanya di Sleman dan Bantul, Yogyakarta dalam skala terbatas.

Kemudian pada 2017, nyamuk A. aegypti yang terinfeksi bakteri dilepas dalam skala besar di Kota Yogyakarta dan Bantul.

Riset ini melibatkan 8.200 responden. Itu untuk melihat efektivitas nyamuk ber-Wolbachia.

"Melalui persetujuan masyarakat, wilayah penelitian dibagi dua. Ada 12 kluster yang mendapat nyamuk dengan Wolbachia dan 12 area kontrol," kata Utari seperti dikutip Harian Kompas.

Pelepasan nyamuk dilakukan secara bertahap selama delapan bulan.

Saat populasi nyamuk dengan Wolbachia dianggap tinggi, tim memantau kasus DBD di area tersebut pada Februari 2019 hingga Maret 2020. Selain melepas nyamuk, tim juga mendorong warga membersihkan lingkungan agar tak jadi sarang nyamuk.

Ilustrasi penanganan pasien DBDSHUTTERSTOCK Ilustrasi penanganan pasien DBD

"Hasilnya, selama 27 bulan riset, amat dramatis. Ada penurunan 77 persen kejadian dengue di wilayah yang mendapat nyamuk DBD dengan bakteri Walbachia," tutur Prof Uut.

Penurunan kejadian ini amat berarti dalam pengendalian DBD di Indonesia.

Bakteri Wolbachia

Dilansir VOA Indonesia, Kamis (26/8/2020), Wolbachia pipientis adalah bakteri yang hidup alami di sekitar 60-70 persen serangga, tetapi tidak ditemukan di nyamuk Aedes aegypti.

Seorang peneliti dari Australia menemukan fakta, bakteri Wolbachia dapat memutus replikasi virus dengue, sehingga tidak dapat ditularkan oleh nyamuk.

Keuntungan lain, nyamuk yang sudah ber-wolbachia akan mewariskan bakteri itu ke generasi selanjutnya.

WMP Yogyakarta sendiri merupakan kolaborasi antara World Mosquito Program-Monash University, Universitas Gadjah Mada (UGM) dan Yayasan Tahija.

Baca juga: Tak Temukan Air, Nyamuk Berevolusi Sedot Darah Manusia

Sejak 2011, para ahli bekerja sama dalam proyek yang awalnya bernama Eliminate Dengue Project (EDP) itu.

Penelitian ini menyasar 35 dari 45 kelurahan di Kota Yogyakarta dengan populasi 312 ribu orang.

"Diperkirakan terdapat 7 juta kasus demam berdarah setiap tahunnya. Hasil penelitian RCT tersebut menunjukkan dampak signifikan dari metode wolbachia dalam menurunkan demam berdarah di wilayah perkotaan,” kata Adi Utarini.

Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Kompas.com. Mari bergabung di Grup Telegram "Kompas.com News Update", caranya klik link https://t.me/kompascomupdate, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.

Video rekomendasi
Video lainnya


Rekomendasi untuk anda
28th

Tulis komentarmu dengan tagar #JernihBerkomentar dan menangkan e-voucher untuk 90 pemenang!

Syarat & Ketentuan
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE
Laporkan Komentar
Terima kasih. Kami sudah menerima laporan Anda. Kami akan menghapus komentar yang bertentangan dengan Panduan Komunitas dan UU ITE.

Terkini Lainnya

Mengatasi Polusi Udara Dengan Teknologi Plasma

Mengatasi Polusi Udara Dengan Teknologi Plasma

Fenomena
Bagaimana Seharusnya Sampah Dipilah?

Bagaimana Seharusnya Sampah Dipilah?

Kita
Bagaimana Terumbu Karang Terbentuk?

Bagaimana Terumbu Karang Terbentuk?

Oh Begitu
Apa Itu BPA dan Dampaknya bagi Kesehatan?

Apa Itu BPA dan Dampaknya bagi Kesehatan?

Oh Begitu
Apakah Ikan Air Tawar Terbesar di Dunia?

Apakah Ikan Air Tawar Terbesar di Dunia?

Fenomena
Apa Saja Dampak Siklon Tropis terhadap Wilayah Indonesia?

Apa Saja Dampak Siklon Tropis terhadap Wilayah Indonesia?

Fenomena
Fakta-fakta Menarik Kentut, Soda Bikin Lebih Sering Kentut (Bagian 2)

Fakta-fakta Menarik Kentut, Soda Bikin Lebih Sering Kentut (Bagian 2)

Oh Begitu
Seberapa Akurat Ingatan Masa Kecil Kita?

Seberapa Akurat Ingatan Masa Kecil Kita?

Kita
Seperti Apa Gejala Virus Nipah yang Parah?

Seperti Apa Gejala Virus Nipah yang Parah?

Oh Begitu
Seperti Apa Hiu Tertua yang Berusia Ratusan Tahun?

Seperti Apa Hiu Tertua yang Berusia Ratusan Tahun?

Oh Begitu
Apakah Ikan Air Asin Bisa Hidup di Air Tawar?

Apakah Ikan Air Asin Bisa Hidup di Air Tawar?

Oh Begitu
8 Cara Menjaga Kesehatan Saat Cuaca Panas Ekstrem

8 Cara Menjaga Kesehatan Saat Cuaca Panas Ekstrem

Oh Begitu
Apa Penyebab Cuaca Panas Ekstrem di Indonesia?

Apa Penyebab Cuaca Panas Ekstrem di Indonesia?

Oh Begitu
Mengapa Tidak Ada Narwhal di Penangkaran?

Mengapa Tidak Ada Narwhal di Penangkaran?

Oh Begitu
Bagaimana Wortel Bisa Berwarna Oranye?

Bagaimana Wortel Bisa Berwarna Oranye?

Oh Begitu
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Verifikasi akun KG Media ID
Verifikasi akun KG Media ID

Periksa kembali dan lengkapi data dirimu.

Data dirimu akan digunakan untuk verifikasi akun ketika kamu membutuhkan bantuan atau ketika ditemukan aktivitas tidak biasa pada akunmu.

Lengkapi Profil
Lengkapi Profil

Segera lengkapi data dirimu untuk ikutan program #JernihBerkomentar.

Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com