Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

WHO Prediksi, Pandemi Covid-19 Bisa Berakhir dalam 2 Tahun

Kompas.com - 23/08/2020, 10:00 WIB
Gloria Setyvani Putri

Editor

KOMPAS.com - Kepala organisasi kesehatan dunia (WHO) berharap pandemi corona bisa berakhir dalam dua tahun.

Berbicara di Genewa pada Jumat (21/08), Tedros Adhanom Ghebreyesus mengatakan wabah flu Spanyol pada 1918 butuh waktu dua tahun untuk ditangani.

Namun dia menambahkan kecanggihan teknologi saat ini bisa membuat dunia menangani virus Covid-19 dalam waktu yang lebih singkat.

"Tentunya dengan lebih banyak konektivitas, virus memiliki peluang lebih besar untuk menyebar," ujarnya.

Baca juga: WHO: Pandemi Virus Corona Lebih Mudah Diatasi Dibandingkan Flu Spanyol

"Tetapi pada saat yang sama, kita juga memiliki teknologi untuk menghentikannya, dan pengetahuan untuk menghentikannya," katanya, menekankan pentingnya "persatuan nasional, solidaritas global".

Wabah flu Spanyol yang mematikan telah mengakibatkan 50 juta orang meninggal dunia.

Adapun virus corona sejauh ini telah membuat hampir 800.000 orang meninggal dunia dan menginfeksi 22,7 juta orang.

Dia juga merespons pertanyaan tentang korupsi alat pelindung diri (APD) selama pandemi yang dia gambarkan sebagai "tindakan kriminal".

"Korupsi jenis apapun sangat tak bisa diterima," jawabnya.

"Bagaimanapun, korupsi berkaitan dengan APD... bagi saya sebenarnya pembunuhan. Karena jika petugas kesehatan bekerja tanpa APD, kita mempertaruhkan nyawa. Dan itu juga membahayakan nyawa orang yang mereka layani."

Meski soal dugaan korupsi APD itu terjadi di Afrika Selatan, sejumlah negara pernah menghadapi persoalan serupa.

Pada hari Jumat (21/08/2020), protes diadakan di ibu kota Kenya, Nairobi atas dugaan korupsi selama pandemi, sementara dokter dari sejumlah rumah sakit umum kota melakukan pemogokan karena gaji yang belum dibayar dan kurangnya peralatan pelindung.

Pada hari yang sama, kepala program kedaruratan kesehatan WHO Dr Mike Ryan memperingatkan bahwa skala wabah virus korona di Meksiko tak diketahui.

Dr Mike Ryan mengatakan setara dengan sekitar tiga orang per 100.000 orang yang diuji di Meksiko, dibandingkan dengan sekitar 150 per 100.000 orang di AS.

Foto ini menunjukkan kuburan baru di pemakaman Butovskoye, yang berfungsi sebagai salah satu tempat pemakaman bagi mereka yang meninggal karena virus corona, di Moskwa, Rusia. 
Cara Rusia menghitung kematian selama pandemi virus corona bisa menjadi salah satu alasan mengapa jumlah kematian resminya jauh di bawah banyak negara lain, bahkan ketika Rusia melaporkan sedikitnya 511.000 infeksi, hanya di belakang Amerika Serikat dan Brasil. AP/Dmitry Serebryakov Foto ini menunjukkan kuburan baru di pemakaman Butovskoye, yang berfungsi sebagai salah satu tempat pemakaman bagi mereka yang meninggal karena virus corona, di Moskwa, Rusia. Cara Rusia menghitung kematian selama pandemi virus corona bisa menjadi salah satu alasan mengapa jumlah kematian resminya jauh di bawah banyak negara lain, bahkan ketika Rusia melaporkan sedikitnya 511.000 infeksi, hanya di belakang Amerika Serikat dan Brasil.

Meksiko memiliki jumlah kematian tertinggi ketiga di dunia, dengan hampir 60.000 kematian tercatat sejak pandemi dimulai, menurut Universitas Johns Hopkins.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com