Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
The Conversation
Wartawan dan akademisi

Platform kolaborasi antara wartawan dan akademisi dalam menyebarluaskan analisis dan riset kepada khalayak luas.

Riset: Suami, Mertua dan Ibu Kandung Hambat Keberhasilan Ibu Menyusui

Kompas.com - 19/08/2020, 20:03 WIB
Anda bisa menjadi kolumnis !
Kriteria (salah satu): akademisi, pekerja profesional atau praktisi di bidangnya, pengamat atau pemerhati isu-isu strategis, ahli/pakar di bidang tertentu, budayawan/seniman, aktivis organisasi nonpemerintah, tokoh masyarakat, pekerja di institusi pemerintah maupun swasta, mahasiswa S2 dan S3. Cara daftar baca di sini

Oleh Andi Muthia Sari Handayani

TEKNOLOGI komunikasi dan platform media sosial yang dapat membantu ibu meningkatkan pengetahuan dasar seputar air susu ibu dan menyusui, tampaknya tidak signifikan dalam membantu kelancaran dan keberhasilan ibu menyusui bayinya.

Riset terbaru saya, tentang penyebab kegagalan menyusui bayi di Kota Palu Sulawesi Tengah, menunjukkan hal itu. Riset (sedang dalam proses publikasi) dengan responden 400 ibu menemukan fakta bahwa minimnya pengetahuan seputar ASI dan menyusui bukan menjadi faktor pertama dan terbanyak kegagalan tersebut.

Sebaliknya, suami, mertua dan orangtua ibu justru menjadi faktor penghambat terbesar untuk keberhasilan ibu menyusui bayinya. Minimnya dukungan sosial yang bersumber dari keluarga inti merupakan faktor pertama yang mempengaruhi kegagalan ibu menyusui.

Temuan data di Kota Palu ini berbeda dari hasil penelitian pakar ASI terkait proses menyusui di negara miskin dan berkembang selama hampir satu dasawarsa terakhir. Sebuah riset pada 2014 bahwa menyatakan di Zimbabwe hambatan utama gagalnya menyusui di negara tersebut adalah minimnya pengetahuan ibu tentang ASI dan proses menyusui.

Sebuah riset lainnya pada 2013 di Amerika Serikat menyatakan kurangnya informasi mengenai manfaat ASI dan cara memberikan ASI yang tepat mempengaruhi keputusan ibu untuk berhenti memberikan ASI.

Melek ASI tapi gagal menyusui, kok bisa?

Sebagai konselor menyusui, saya kerap menemukan kenyataan di lapangan. Dalam riset saya, umumnya para ibu muda yang bermukim di Kota Palu dan gagal menyusui adalah ibu yang memiliki pengetahuan seputar ASI cukup baik.

Banyak informasi yang telah diperoleh ibu, sejak dari awal kehamilan hingga dalam proses kelahiran terkait manfaat ASI untuk bayi dan ibu sendiri.

Dalam riset di Palu, keberadaan fasilitas dan tenaga kesehatan baik posyandu, Puskesmas hingga rumah sakit, serta bidan dan dokter yang mulai melek ASI juga turut serta menyumbangkan informasi dan pengetahuan kepada ibu.

Ada juga kontribusi para konselor seperti saya. Sejak Desember 2016, misalnya, saya mempromosikan pentingnya ASI melalui kuliah WhatsApp dengan peserta lebih dari 20 ibu muda. Saya juga sering diundang untuk mengisi materi diskusi tentang ASI dan menyusui di Institut Ibu Profesional Cabang Sulawesi Tengah dan Ikatan Ibu Muda Dosen IAIN Palu, serta Organisasi Perempuan Wanita Islam Al Khairat Sulawesi Tengah.

Platform media sosial juga turut serta berperan sebagai sumber informasi untuk meningkatnya pengetahuan ibu terkait ASI dan proses menyusui.

Lalu, mengapa para ibu di Palu gagal menyusui walau pengetahuan mereka tentang ASI lebih dari cukup? Dari hasil wawancara dan pengamatan yang saya lakukan, tidak adanya dukungan sosial yang didapatkan ibu selama menyusui menjadi dorongan terbesar ibu gagal dalam memberikan ASI.

Suami, mertua, dan orangtua justru tidak menjadi mata rantai yang meningkatkan dan menjaga keinginan ibu menyusui bayinya. Tiga orang penting di lingkungan ibu tersebut, secara sikap tidak mau mendukung keberhasilan ibu muda dalam menyusui.

Misalnya, saat ibu berusaha mandiri untuk mengatasi masalah menyusui dengan anak karena terjadi peradangan pada jaringan payudara atau anak menolak menyusu, mertua atau orangtua akan merasa tersinggung jika tidak dilibatkan dalam penyelesaian masalah tersebut.

Keputusan ibu dalam menyelesaikan masalah tersebut berdasar dari respons negatif yang muncul dari orangtua kandung dan mertua, seperti orangtua dan mertua yang memberikan label ibu manja, atau memberi jalan pintas berupa saran untuk memberi susu formula saja.

Halaman Berikutnya
Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com