Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Mammoth Berbulu Berusia 10.000 Tahun Ditemukan, Masih Dilapisi Kulit dan Kotoran

Kompas.com - 05/08/2020, 20:03 WIB
Holy Kartika Nurwigati Sumartiningtyas

Penulis


KOMPAS.com - Para ilmuwan Rusia menemukan sisa fosil mammoth dengan kulit, tendon dan kotoran di danau Siberia.

Temuan ini, menurut para ilmuwan sangat jarang terjadi, bahkan diduga sisa fosil tersebut merupakan mammoth jantan dewasa.

Melansir The Guardian, Rabu (5/8/2020), ilmuwan Rusia sedang meneliti tulang mammoth berbulu tersebut, yang diperkirakan berumur 10.000 tahun lalu.

Saat ditemukan, tulang-tulang spesies gajah purba ini tampak terpelihara dengan baik setelah ditarik dari sebuah danau di Siberia.

Baca juga: Berpenyakit dan Terisolasi, Ini Potret Mammoth Terakhir Sebelum Punah

Untuk menyapu lumpur di Danau Pechenelava-To yang berada di semenanjung Yamal yang terpencil, para ahli menghabiskan waktu selama lima hari.

Mereka mencari sisa-sisa jasad mammoth, mulai dari tendon, kulit, dan bahkan sisa kotoran, setelah ditemukan oleh penduduk setempat.

Sekitar 90 persen bagian tubuh hewan purba tersebut telah diambil dalam dua ekspedisi.

Para ilmuwan mengatakan temuan ini semakin sering terjadi di Siberia, ketika perubahan iklim semakin terasa dan menghangatkan Kutub Utara dengan kecepatan yang lebih cepat daripada bagian dunia yang lain.

Baca juga: Manusia Purba Buat Lingkaran dari Tulang Mammoth, Apa Fungsinya?

Perubahan iklim telah menyebabkan pemanasan global, yang mana membuat lapisan es di permukaan daratan di wilayah ini terus mencair.

Mammoth berbulu yang ditemukan ini kemungkinan akan dinamai dengan Tadibe, setelah spesies yang masih satu keluarga ditemukan.

Diperkirakan mammoth tersebut adalah jantan dengan usia antara 15-20 tahun, dan tingginya sekitar 10 kaki atau 3 meter.

Andrey Gusev dari Pusat Penelitian Arktik mengatakan pelestarian hewan tersebut sangat unik. Sebab, dalam penelitian ini ditemukan tulang belakang yang lebih rendah masih terhubung dengan tendon dan kulit.

Akan tetapi, operasi pengambilannya sangat melelahkan karena tulang-tulang yang tersisa digabungkan.

MammothBBC Mammoth

"Kami berasumsi bahwa tulang-tulang itu disimpan dalam urutan anatomi. Tetapi hari pertama dan kedua dari ekspedisi kami menunjukkan itu hanya bagian belakang kerangka," kata Gusev.

Dia menambahkan sisa tulang mammoth ini berada dalam urutan yang kacau, sehingga mustahil untuk menebak di mana mereka berada.

Evgenia Khozyainova dari museum Shemanovsky di Salekhard, mengatakan timnya memiliki bagian kaki depan dan kaki belakang yang terpelihara dengan baik.

Baca juga: Mammoth Terakhir di Muka Bumi Mati di Pulau Terpencil

"Dengan potongan tendon, jaringan lunak dan potongan kulit. Kami juga memiliki sakrum dengan vertebrata yang berdekatan, termasuk ekor yang terawetkan dengan tendon dan kulit," jelas Gusev.

Namun, yang menarik dari penelitian ini, ditemukannya sisa kotoran dari sisa jasad mammoth ini.

Coprolite atau kotoran ini, berisi tentang rincian makanan yang dikonsumsi hewan purba tersebutm termasuk serbuk sari dan petunjuk lingkungan lainnya.

Baca juga: Manusia Purba Manfaatkan Kolam Lumpur untuk Berburu Mammoth

Sampai saat ini, para ilmuwan belum bisa memastikan penyebab kematian mammoth tersebut, sebab tidak ada tanda-tanda cedera yang ditemukan di tulang.

Tak hanya mammoth berbulu ini, mencairnya lapisa es permafrost juga membuat para ilmuwan menemukan fosil mammoth yang berasal dari 30.000 tahun yang lalu di Rusia.

Pada 2018 lalu, mencairnya permafrost di bagian timur Rusia, ilmuwan juga menemukan seekor anjing prasejarah yang diperkirakan berusia 18.000 tahun.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.



Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com