Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Tahun 2040, 1,3 Miliar Ton Sampah Plastik Akan Tenggelamkan Bumi

Kompas.com - 25/07/2020, 18:03 WIB
Monika Novena,
Shierine Wangsa Wibawa

Tim Redaksi

Sumber New Atlas

KOMPAS.com - Tren penggunaan plastik tampaknya belum ada tanda-tanda menurun, dan malah terus meningkat pada level yang eksponensial.

Sebuah studi baru memproyeksikan bahwa 1,3 miliar ton plastik akan mencemari dunia pada tahun 2040 nanti kecuali jika beberapa langkah signifikan diambil untuk mengatasi masalah tersebut.

Seperti dilansir dari New Atlas, Jumat (24/7/2020), plastik digunakan pada hampir seluruh kegiatan manusia mulai dari sikat gigi hingga tas belanja.

Baca juga: Plastik Cemari Hewan yang Hidup di Tempat Paling Terisolasi di Bumi

Sekitar 300 juta ton plastik diproduksi secara global setiap tahunnya.

Namun, hanya 10 persen saja yang didaur ulang. Sisanya terbawa ke lautan dan terurai menjadi fragmen kecil yang sulit dilacak dan juga menuju ke tempat pembuangan sampah.

Beberapa ahli memperkirakan bahwa produksi plastik bertambah dua kali lipat setiap 11 tahun. Jumlah tersebut membuat tekanan yang semakin besar pada lingkungan.

Tergerak oleh isu ini, sebuah tim yang terdiri dari 17 pakar global dan diketuai oleh University of Leeds menciptakan model komputer untuk mengetahui apa yang terjadi bila semua limbah plastik dikelola secara salah.

Pemodelan tersebut juga memasukkan 6 skenario intervensi yang bisa dilakukan untuk menanggulangi plastik, seperti mengurangi produksi plastik, menggunakan bahan alternatif, meningkatkan kapasitas daur ulang dan meningkatkan sistem pengumpulan plastik.

Baca juga: Tiga Masalah dalam Larangan Kantong Plastik di Ibu Kota

Hasilnya, peneliti menyebut dunia akan tenggelam di antara plastik.

"Kami memperkirakan lebih dari 1,3 miliar ton polusi plastik akan berakhir di darat atau air pada tahun 2040," ungkap Costas Velis dari Univerity of Leeds.

Menyingkirkan plastik dengan membakarnya pun tidak jadi solusi jitu. Asap beracun yang ditimbulkan oleh plastik menjadi risiko terbesar. Berbeda bila pembakaran dilakukan di fasilitas khusus.

"Dengan pembakaran terbuka, segala macam emisi beracun berpotensi dilepaskan yang akan berpengaruh negatif bagi kesehatan dan lingkungan," kata Ed Cook, peneliti lain yang terlibat.

Para peneliti pun mendorong supaya setiap orang berperan serta untuk mengurangi sampah. Misalnya dengan meningkatkan layanan pengumpulan sampah.

Baca juga: Studi: Setiap Hari Burung Telan Ratusan Keping Plastik

"Dengan tidak adanya layanan pengumpulan, orang harus membuat pilihan sulit tentang bagaimana cara mengelola limbah. Kemungkinannya akan membakar, membuang sembarangan di darat atau ke sungai dan perairan lainnya," tutur Velis.

Lebih lanjut, para peneliti juga menyarankan untuk menekan penggunaan plastik dengan memberikan lebih banyak penekanan pada daur ulang ketika merancang suatu produk atau kemasan.

"Serangkaian pendekatan yang kami usulkan sudah sesuai dengan kemampuan teknologi yang ada saat ini. Tinggal kemauan politik, sosial, dan juga perusahaan untuk mencapainya," tutup Cook.

Penelitian telah dipublikasikan dalam jurnal Science.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Sumber New Atlas


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com