Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Maju Tahap Selanjutnya, Kandidat Vaksin Corona Inggris Akan Diuji ke 30.000 Orang

Kompas.com - 23/07/2020, 10:26 WIB
Gloria Setyvani Putri

Penulis

KOMPAS.com - Para ahli di seluruh dunia sedang bekerja keras menemukan formula vaksin virus corona untuk melawan Covid-19 yang aman bagi manusia.

Dalam uji klinis (pengujian pada manusia) awal, program vaksin yang dipimpin AstraZeneca, Pfizer, dan Moderna semuanya berhasil menghasilkan respons kekebelan tubuh pada relawan sehat.

Para peneliti menggambarkan, kandidat vaksin mereka aman dan dapat ditoleransi. Hal ini mendukung pengujian ke tahap berikutnya.

Baca juga: Kandidat Vaksin Corona dari Inggris dan China Dinilai Paling Efektif

Kandidat vaksin yang dikembangkan perusahaan farmasi raksasa AstraZeneca dan Universitas Oxford adalah yang terbaru merilis hasil pengujian pada manusia.

Laporan hasil klinis pertama mereka diterbitkan di jurnal The Lancet, Senin (20/7/2020). Mereka mencatat, kandidat vaksinnya diberikan kepada 543 sukarelawan.

Ada puluhan orang yang berhasil menetralkan antibodi, protein penangkal virus yang memainkan peran penting dalam respons kekebalan tubuh. Sebulan setelah menerima dosis vaksin, 32 dari 35 orang mengembangkan protein tersebut.

Kemudian 10 sukarelawan diberikan rejimen dua kali dosis, termasuk suntikan booster. Kesepuluh orang itu mencatat respons antibodi penawar.

"Kami melihat respons kekebalan lebih banyak (muncul) pada orang yang menerima dua dosis vaksin. Ini menunjukkan bahwa ini mungkin strategi yang baik untuk vaksinasi," ujar Andrew Pollard, penulis pendamping riset seperti dilansir Science Alert, Rabu (22/7/2020).

AstraZeneca kemungkinan akan memprioritaskan pengujian rejimen dua dosis dalam uji coba tahap akhir.

Para peneliti AstraZeneca melaporkan tidak ada efek samping serius dari percobaan ini.

Sekitar 70 persen sukarelawan yang divaksinasi mengalami kelelahan dan 68 persen merasakan sakit kepala. Sebagai catatan, angka ini lebih tinggi dibanding kelompok kontrol yang diberi vaksin meningitis.

Efek samping lainnya termasuk nyeri otot, kedinginan, dan demam.

Penelitian ini terbatas pada orang muda dan sehat, dengan usia rata-rata 35 tahun.

"Masih banyak pekerjaan yang harus dilakukan sebelum kami dapat memastikan apakah vaksin ini akan membantu melawan pandemi Covid-19. Tapi hasil ini menjanjikan," ujar Profesor Universitas Oxford, Sara Gilbert dalam sebuah pernyataan.

Ilustrasi vaksin coronaShutterstock Ilustrasi vaksin corona

Hasil awal positif belum menentukan apakah vaksin efektif

Tidak jelas tingkat respons kekebalan apa yang akan melindungi manusia dari virus corona SARS-CoV-2.

Uji coba skala besar yang melibatkan puluhan ribu orang saat ini sedang dilakukan untuk menguji vaksin AstraZeneca di Inggris, Afrika Selatan, dan Brasil.

CEO AstraZeneca Pascal Soriot mengatakan, farmasi di Inggris akan memulai uji coba pada 30.000 orang yang tinggal di AS pada akhir Juli atau awal Agustus.

Studi di Inggris kemungkinan akan menjadi uji coba pertama berskala besar dan diperkirakan hasilnya akan didapat paling cepat September nanti.

Tes akhir ini akan menentukan apakah vaksin benar-benar dapat mencegah infeksi atau penyakit. Ahli akan membandingkan sukarelawan yang divaksinasi dengan vaksin corona dan kelompok sukarelawan yang menerima plasebo.

Moderna berencana memulai tahap pengujian akhir pada 27 Juli, dan eksekutif Pfizer mengatakan juga bahwa mereka berencana memulai studi penting bulan ini.

Kandidat vaksin tambahan yang dipimpin oleh Johnson & Johnson dan Novavax juga akan memulai uji efikasi yang besar pada musim gugur ini.

Semua program perkembangan vaksinasi berburu dengan waktu, ini belum pernah terjadi sebelumnya.

Biasanya diperlukan beberapa tahun untuk membuat vaksin, mengujinya dalam uji klinis, dan membuat vaksin dalam skala besar untuk dipasarkan.

Mengingat urgensi pandemi Covid-19, produsen farmasi bekerjasama dengan pemerintah dunia mempersingkat proses tersebut menjadi hitungan bulan.

Ilmuwan Oxford mengembangkan vaksin untuk menghindari masalah imunitas yang sudah ada sebelumnya.

Ilustrasi vaksin virus corona, vaksin Covid-19Shutterstock Ilustrasi vaksin virus corona, vaksin Covid-19

Diberitakan sebelumnya, Indra Rudiansyah, satu-satunya orang Indonesia yang terlibat dalam tim uji klinik untuk vaksin Covid-19 Universitas Oxford mengatakan, vaksin yang dibuat ilmuwan Oxford didasarkan pada adenovirus simpanse yang dimodifikasi untuk menghasilkan protein di dalam sel manusia yang juga diproduksi oleh Covid-19.

Vaksin ini dinamai ChAdOx1 nCoV-2019.
Diharapkan vaksin ini dapat melatih sistem kekebalan tubuh untuk kemudian mengenali protein dan membantu menghentikan virus corona baru memasuki sel manusia.

Vaksin adenovirus diketahui mengembangkan respons imun yang kuat dengan dosis tunggal dan bukan virus replikasi.

Hal itu membuatnya tidak dapat menyebabkan infeksi, serta lebih aman untuk anak-anak, orang tua, dan pasien dengan penyakit penyerta seperti diabetes.

Baca juga: Induksi Respon Imun, Ini Hasil Uji Coba dan Efek Samping Vaksin Corona Adenovirus China

"Adenovirus yang kita (tim Oxford) gunakan ini bersikulasi di simpanse. Jadi bukan virus yang menginfeksi manusia, artinya virus ini aman. Kemudian, manusia juga tidak memiliki antibodi bawaan terhadap virus ini, artinya virus ini memiliki imunogenisitas yang sangat tinggi," kata Indra.

"Selain itu, virus ini kita modifikasi secara genetik sehingga virus ini tidak dapat memperbanyak diri pada makhluk hidup baik hewan dan manusia," paparnya.

Indra menjelaskan vaksin adenovirus yang dikembangkan Oxford juga mampu membawa gen atau DNA dari organisme lain, dalam hal ini adalah gen spike protein virus corona SARS-CoV-2 yang merupakan target vaksin.

Selain itu, ChAdOx1 nCoV-2019 juga disebut aman sebagai pembawa vaksin.

AstraZeneca bergabung dalam upaya ini pada akhir April, dan telah melakukan supercharged terhadap strategi manufaktur dan pengujiannya.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com