KOMPAS.com - Ilmuwan di University of New Hampshire telah mengidentifikasi cara yang lebih cepat untuk menghitung sperma pada lobster.
Metode ini diklaim dapat membantu mereka melihat hewan apapun dalam memahami perkawinan, aspek kunci dari kelangsungan hidup spesies.
Seperti dilansir dari Phys, Sabtu (18/7/2020), profesor emeritus biologi kelautan, Win Watson mengatakan dulu para ilmuwan harus menggunakan metode yang sangat membosankan serta mahal untuk menghitungnya.
"Sekarang setelah teknologi DNA menjadi begitu mudah diakses dan terjangkau, kami memutuskan untuk mencobanya dan itu bekerja dengan baik," ungkap Watson.
Baca juga: Soal Benih Lobster, Ahli Paparkan Dampak dan Peraturan Penangkapannya
Teknik penghitungan sperma hewan in telah dijelaskan dalam studi yang telah dipublikasikan baru-baru ini dalam Journal Crustacean Biology.
Para peneliti menjelaskan bagaimana mereka ingin lebih memahami dampak perubahan iklim dapat mengubah reproduksi lobster.
Dampak tersebut disebut dapat memengaruhi jumlah sperma yang bisa dihasilkan oleh lobster jantan.
Baca juga: Serba Serbi Hewan: Alasan Lobster Berubah Jadi Merah saat Dimasak
Kendati demikian, tantangan yang mereka temui yakni menghitung jumlah sperma yang terkandung dalam spermarofor lobster, yakni paket sperma yang ditransfer oleh lobster jantan ke betina selama kawin.
Peneliti menyebut setiap spermatofor mengandung sekitar dua juta sel sperma, sehingga jika dihitung di bawah mikroskop terlalu memakan waktu, terutama saat sampel yang diamati cukup banyak.
Metode DNA baru yang dikembangkan para peneliti memungkinkan mereka untuk menentukan apakah lobster jantan mengalami penurunan jumlah sperma, ketika mereka kawin berturut-turut, yang menyebabkan keterbatasan sperma dalam populasi.
"Bayangkan jika butuh satu minggu untuk menghasilkan spermatofor lobster yang lengkap, maka berarti lobster jantan mungkin hanya dapat kawin seminggu sekali," kata Watson.