Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Pertama Kalinya, Astronom Menyaksikan Kilatan Cahaya Lubang Hitam Supermasif

Kompas.com - 17/07/2020, 20:01 WIB
Holy Kartika Nurwigati Sumartiningtyas

Penulis

 

Ini adalah wilayah elektron yang sangat panas yang diperkirakan ditenagai medan magnet lubang hitam yang bertindak seperti synchrotron untuk mempercepat elektron ke energi, sehingga mereka bersinar terang dalam panjang gelombang sinar-x.

Para astronom pertama kali melihat sesuatu yang aneh terjadi pada 1ES 1927 + 654 pada 2018, ketika All-Sky Automated Survey for Super-Novae (ASASSN) menangkap cahaya yang sangat terang dari galaksi dengan 40 kali kecerahan normal.

Peristiwa ini sangat menarik bagi para astronom, mereka mengarahkan banyak teleskop ke arah galaksi untuk mencari tahu lebih banyak.

Baca juga: Lubang Hitam Terbesar ini Bisa Melahap Objek Sebesar Matahari, Kok Bisa?

"Setelah ASSASN melihatnya melewati ledakan besar yang gila ini, kami menyaksikan korona menghilang. Itu menjadi tidak terdeteksi, yang belum pernah kita lihat sebelumnya," kata Kara.

Akan tetapi, kecerahan mulai kembali muncul, 300 hari setelah suar awal, inti galaksi bersinar hampir 20 kali lebih terang daripada sebelum peristiwa awal.

"Kami biasanya tidak melihat variasi seperti ini dalam membuat lubang hitam," kata astrofisikawan Claudio Ricci dari Universitas Diego Portales di Chili, dan penulis utama penelitian yang dipublikaiskan dalam The Astrophysical Journal Letters.

Baca juga: Rahasia Alam Semesta: Apa Itu Lubang Hitam dan Bagaimana Terbentuknya?

Para astronom tidak sepenuhnya yakin bagaimana korona lubang hitam dihasilkan dan diberdayakan.

Akan tetapi jika, seperti diteorikan, itu ada hubungannya dengan medan magnet lubang hitam, maka perubahan dramatis yang diamati pada lubang hitam 1ES 1927 + 654 bisa disebabkan oleh sesuatu yang mengganggu medan magnet tersebut.

"Dataset ini memiliki banyak teka-teki di dalamnya, tapi itu mengasyikkan, itu berarti kita mempelajari hal baru tentang alam semesta. Kami pikir hipotesis bintang itu bagus, tapi aku juga berpikir kita akan menganalisis peristiwa ini untuk waktu yang lama," ungkap Kara.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com