KOMPAS.com - Saat malam hari, ada begitu banyak bintang berkilauan di langit. Pemandangan yang tidak akan kita lihat di siang hari.
Lantas, mengapa langit malam itu gelap?
Padahal, kita tahu di langit ada miliaran bintang yang bersinar, tetapi kenapa tak cukup membuat langit malam menjadi terang.
Fisikawan Jerman Heinrich Wilhelm Olbers mencoba menempatkan teka-teki yang sama pada tahun 1823, seperti dikutip dari Scientific American, Senin (13/7/2020).
Baca juga: Alasan Venus Bersinar Terang di Langit Malam Beberapa Hari Terakhir
Selama bertahun-tahun ada banyak cara untuk menjelaskan teka-teki ini, yang dijuluki dengan Paradox Olbers.
Salah satu teori menyebut, langit gelap di malam hari akibat dari debu di antara bintang-bintang dan mungkin di antara galaksi.
Gagasan dari teori ini adalah bahwa debu akan menghalangi cahaya dari benda yang jauh, sehingga membuat langit menjadi gelap.
Baca juga: Rahasia Alam Semesta: Mengapa Bulan Purnama Pengaruhi Gelombang Pasang di Lautan?
Akan tetapi, kemudian para ilmuwan menyadari bahwa debu itu sendiri akan menyerap begitu banyak energi dari cahaya bintang yang pada akhirnya akan bersinar sepanas dan seterang bintang-bintang itu sendiri.
Jawaban lain dari teka-teka ini diajukan secara paradoks menyatakan peralihan yang luar biasa dari galaksi yang sangat jauh.
Panjang gelombang cahaya dari galaksi ini dipancarkan akibat ekspansi alam semesta.
Akan tetapi, penjelasan ini benar, sebab sinar ultraviolet dengan panjang gelombang yang lebih pendek juga akan bergeser ke kisaran yang terlihat yang tidak terjadi.
Resolusi terbaik dari Paradox Olbers saat ini memiliki dua bagian. Pertama, alam semesta ini sangat luas dan tidak terbatas.
Pada titik ini sangat penting, karena cahaya bergerak pada kecepatan terbatas, sekitar 300.000 km per detik.
Oleh karenanya, kita dapat melihat sesuatu hanya setelah cahaya yang dipancarkan memiliki waktu untuk mencapai kita.
Namun, saat jarak meningkat, begitu pula waktu tunda, misalnya astronot di Bulan mengalami penundaan waktu 1,5 detik dalam komunikasi mereka dengan Mission Control.
Baca juga: Bulan Ini, Langit Malam Akan Dimeriahkan oleh 2 Peristiwa Luar Angkasa
Hal ini terjadi karena diperlukan sinyal radio, yang merupakan bentuk cahaya, untuk melakukan perjalanan bolak-balik antara Bumi dan Bulan.
Sebagian besar astronom sepakat bahwa alam semesta berusia antara 10-15 miliar tahun, dan itu berarti jarak maksimum menerima cahaya adalah antara 10-15 miliar tahun cahaya.
Jadi meskipun ada galaksi yang lebih jauh, cahaya mereka akan memiliki waktu untuk mencapai Bumi.
Baca juga: Rahasia Alam Semesta: Muncul Petir Saat Gunung Api Meletus, Fenomena Apa itu?
Sedangkan bagian kedua dari Paradox Olbers ini, jawabannya terletak pada fakta bahwa bintang dan galaksi tidak berumur panjang secara tidak terhingga.
Saat tiba waktunya, bintang akan meredup dan efek ini lebih cepat terjadi di galaksi terdekat, berkat waktu perjalanan yang lebih singkat.
Oleh sebab itu, kita tidak pernah melihat sekaligus cahaya dari bintang atau galaksi di semua jarak.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.